Minggu, 18 Januari 2015

Mempertahankan Ideologi Dakwah,..


Dewasa ini Ummat Islam telah dihadapkan dengan banyak sekali tantanggan dan Ujian, jalan untuk mencari kebenaran yang hakiki semakin tersamarkan, antara yang Haq dan yang Bathil mulai bias. Proses perapuhan nilai-nilai islam itu tidak hanya datang dari mereka yang jelas-jelas membenci Islam, namun juga dari umat Islam sendiri. Sehingga diperlukan pemahaman Islam yang Syumul/Utuh pada setiap masyarakat.
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,…” (QS. An Nisa’ 4: 58)
Tak ada jalan lain kecuali membali mengangkat kaki kita untuk bergerak dalam dakwah Islam. . Inilah jalan yang telah ditempuh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan Rasul-Rasul sebelumnya, juga para shiddiqin, syuhada dan shalihin, sebagaimana wasiat Allah swt kepada Rasul-Nya:
"Dan inilah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah engkau ikuti jalan-jalan lain, karena itu semua akan menyesatkanmu dari jalan-Nya. Itulah yang telah diwasiatkan kepadamu agar kamu bertaqwa." (QS. Al-An'am:153)
Tujuan da'wah Islam adalah li i'laa-i kalimatillah, untuk menegakkan syari'at Allah di muka bumi ini. Yaitu tegaknya suatu system kehidupan yang mengarahkan manusia pada suatu prosesi penghambaan hanya kepada Allah saja. Apabila syari'at Allah belum tegak, maka beragam prosesi penghambaan kepada selain Allah akan marak dan terus tumbuh subur.
Di atas jalan inilah Rasulullah beserta pengikut-pengikutnya melangkah, walaupun jalan tersebut berliku, terjal, penuh onak duri bahkan binatang-binatang buas yang siap menerkam. Beliau dan pengikutnya tidak akan berhenti hingga tidak ada lagi fitnah dan sistem Allah (Dienullah) tegak di muka bumi ini secara total.
Dakwah hanya akan berhasil jika diletakkan pada pundak orang yang pantang menyerah, jiwa yang kokoh serta Aqidah yang lurus. Para penggerak dakwahi sering kali datang dan pergi silih berganti namun dengan atau tanpa kita Dakwah akan tetap berjalan. Yang harus kita lakukan adalah menjadi bagian dari Gerakan dakwah itu.
Sekecil apapun peran dan amanah dalam dakwah, itu jauh lebih Allah cintai dari pada tidak sama sekali. Ketika menjelaskan beberapa sifat orang-orang yang beriman, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan bahwa di antara sifat mereka adalah menjaga amanah dakwah yang dibebankan di atas pundak mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
وَالَّذِينَ لأََمنتهِم وَعَهْدِهِم راَعُونDan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya. [Al Mukminun:8]
Selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta'ala menjanjikan balasan bagi mereka seraya berfirman:
ءولئك هُمُ الوَارِثُون الَّذِين يَرِثُونَ الفِرْدَوسَ هُم فِيهَا خَالِدُونَMereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, yakni yang akan mewarisi jannah Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. [Al Mukminuun: 10-11]
Mari kita berkaca pada para sahabat dan ulama besar terdahulu dalam memperjuangkan aqidah dan Islam yang syumuul.
Apa sebabnya Imam Abu Hanifah dipenjara?
Apa sebabnya Imam Malik dipukuli sampai cacat tangannya?
Apa sebabnya Imam Syafii diseret ke hadapan majelis khalifah?
Apa sebabnya Imam Ahmad dipenjara? Apa sebabnya Imam Sufyan Ats Tsawri harus lari bersembunyi dari penguasa sampai akhir hayatnya?
Jawabannya Cuma satu, karena mereka tidak mau kompromi dalam mencari kebenaran Islam, segala hukum harus jelas Sumber dan Asalnya. Mereka tidak takut apapun selain Allah, seolah dihadapan mereka terpampang hamparan Syurga dengan Segala kenikmatannya.
Sikap tegas dan kuat dalam memperjuangkan kebenaran dakwah pada jiwa para pengemban dakwah sekarang seolah membias. Hal ini banyak terjadi karena menularnya virus tamayyu’ (pencairan) ke pemikiran para da’i yakni kondisi dimana seorang pengemban dakwah lebih terpengaruh gaya, ideologi dan pemikiran objek dakwahnya, lalu lambat laun mulai meninggalkan Idealisme yang dianutnya. Na’uzubillah min dzalik.
Tamayyu’ ini pertama muncul dalam segi akhlak dimana seorang da’I menggampangkan atau menyepelekan suatu pelangggaran, mencari pembenaran atas pelanggaran tsb. Niat awalnya mungkin baik, agar sasaran dakwah tidak merasa bahwa Islam itu sulit. Namun, jika hal ini tidak ditegaskan justru sasaran dakwah akan terbiasa dengan hal itu dan menjadikannya sebagai fatwa. Jika tamayyu’ ini tidak diobati maka akan mulai merember ke ‘Ubudiyah, dimana para da’I mulai meninggalkan amalan-amalan Sunnah, mulai tidak memasang hijab antara ikhwan dan akhwat, dsb. Setelah itu muncullah pencairan idoelogi, pemahaman terhadap fikrah Islam mulai melemah, hingga akhirnya dalil-dalil yang dipakai bukan lagi dari Al Qur’an dan Sunnah.
Ketegasan dalam dakwah dan mempertahankan ideologi Islam harus ditanamkan sejak pertama kita mengucapkan “Siap” untuk mengemban amanah dakwah. Sejak pertama kita menerima amanah dakwah, maka saat itu kita sudah siap untuk dinisbatkan sebagai Pendakwah dan sejak saat itu pulalah kita harus tentukan Ideologi mana yang akan kita pegang erat-erat.
Tak bisa dipungkiri bahwa seorang dai juga manusia, karena itu dibutuhkan imunitas untuk menjaga konsistensi Ideologi. Imunitasnya adalah senantiasa meningkatkan kualitas diri dan berkumpul dengan para Pejuang Allah lainnya.
Wallahu’alam bi showab.