Kamis, 28 Mei 2015

Pentingnya Niat dalam Pernikahan..


Pentingnya Niat dalam Pernikahan..

By: Rudifillah el Karo.




وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (QS. Ar Ruum : 21)
Penikahan yang sakinah dan mawaddah mungkin adalah impian dari setiap muslim. Memiliki anak-anak yang soleh dan soleha, mendapatkan ketentraman dari seorang istri yang lembut perangainya, serta mendapatkan penjagaan dari seorang suami yang memiliki jiwa kempemimpinan yang baik. Memiliki partner seorang suami yang mampu membuat keputusan, berakhlak mulia dan imam yang baik, atau memiliki seorang istri yang penurut, mau dipimpin dan baik dalam managemen keluarga.
Pada saat sebelum menikah, manusia setengahnya berada dalam angan-angan, ibarat melihat sebuah gunung yang Indah dengan segala isinya. Mereka tahu bahwa menikah itu akan menghadapi cobaan, seperti layaknya mendaki gunung. Namun, sebagian mereka lupa bahwa dalam perjalanan mereka harus menurun menyisiri lembah yang penuh kesulitan dan bahaya. Sehingga banyak yang akhirnya rumah tangga gagal yang gagal di perjalanan karena kurangnya persiapan menghadapi ujian yang ada.


Hanya sedikit manusia yang sebenarnya siap menghadapi masalah dalam rumah tangga saat dia menyatakan "iya" untuk lamaran pujaan hatinya. Karena itu diperlukan pematangan semasa perjalanan pernikahan berlansung, saling dukung antara suami dan istri serta saling mengisi kekosongan yang ada.
Untuk menjaga kelemahan-kelemahan tersebut maka diperlukan niat yang benar dalam memulai pernikahan. Karena niat yang benar karena meraih ridho Allah SWT, akan mendapatkan jaminan keberkahan dari Allah SWT sebagaimana Allah tegaskan dalam Hadits Rasulullah:
"Wanita Dinikahi karena empat faktor, yakni karena harta kekayaannya, karena kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Hendaknya pilihlah yang beragama agar berkah kedua tanganmu." (HR. Muslim)
Apakah salah ketika orang menikah karena kecantikan calon istrinya?, atau karena kekayaan yang dimiliki calon istrinya? atau karena dia dan keluarganya yang memiliki kedudukan?. Tentu saja tidak, karena menikah karena hal tersebut sama sekali tidak membatalkan penikahan. Kecuali jika niatnya untuk menyakiti si wanita, maka hukumnya menjadi Haram.
Niat dalam menikah menjadi sangat penting karena niat yang salah bisa menjadikan pernikahan menjadikan seseorang menjadi rendah dihadapan Allah, menjadi melarat atau bahkan menjadikan dia dihinakan Allah.
"Barangsiapa mengawini seorang wanita karena memandang kedudukannya maka Allah akan menambah baginya kerendahan, dan barangsiapa mengawini wanita karena memandang harta-bendanya maka Allah akan menambah baginya kemelaratan, dan barangsiapa mengawininya karena memandang keturunannya maka Allah akan menambah baginya kehinaan, tetapi barangsiapa mengawini seorang wanita karena bermaksud ingin meredam gejolak mata dan menjaga kesucian seksualnya atau ingin mendekatkan ikatan kekeluargaan maka Allah akan memberkahinya bagi isterinya dan memberkahi isterinya baginya." (HR. Bukhari)
Ada banyak keluarga yang gagal dalam membangun rumah tangga hanya karena kesalahan dalam niat membangun rumah tangga. Kegagalan itu bisa berupa terputusnya jodoh di perjalanan, anak yang tidak taat pada orang tua, atau suasana rumah tangga terasa gersang. Banyak orang yang terjebak dalam hal ini, bahkan seorang aktivis dakwah pun sering terjebak. Sehingga tidak heran jika ada seorang aktivis dakwah yang kita lihat kesolehan pribadinya luar biasa, aktivitas dakwahnya yg padat namun gagal membangun rumah tangga yang sakinah dan mawaddah. Dikarenakan niat menikahnya untuk alasan lain, misalkan sebagai penerus tradisi aktivis harus menikah dengan aktivis, ustadz dengan ustadzah padahal niat mereka untuk meraih ridho Allah menjadi terabaikan.
Nikah yang berbuah ridha Allah adalah nikah yang sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Sesuai di sini bukan berarti sesuai tatacara atau syarat sah nikah semata. Toh banyak orang yang menikah dengan memakai tata cara dan syarat sah nikah berdasar Islam tapi tetap saja, rumah tangganya tidak membuahkan kebahagiaan, baik kebahagiaan lahir atau pun batin.
Oleh karena itu, selain tata cara dan syarat sah nikah yang islami, yaitu yang sesuai dengan ajaran dan yang disunnahkan oleh Rasulullah, kita juga harus memperhatikan satu hal penting dalam proses seseorang menuju jenjang kehidupan baru. Satu hal yang paling urgen ketika seseorang sudah siap untuk menempuh biduk rumah tangga adalah niat yang lurus.
Lalu bagaimanakah niat yang benar dalam membangun Rumah Tangga? Niatkanlah menikah untuk menggapai ridha Allah SWT Semata, bukan karena faktor-faktor yang lainnya. Niatkanlah menikah untuk membentuk sebuah keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Pernikahan yang akan melahirkan generasi mujahid dan penegak Islam dan penerus estafet perjuangan dakwah.
Lantas, jika sudah salah niat dan hampir mencapai kegagalan, apakah masih bisa memperbaharui niat?
Tidak ada kata terlambat dalam meluruskan niat, karena niat itu bisa dibuat sebelum melaksanakan Ibadah, dan meluruskan sepanjang kita melaksanakan ibadah tersebut.
Dalam menikah, kita akan dipertemukan dengan insan yang berbeda, yang secara kasat mata mungkin sekufu, tapi belum tentu dalam realitasnya. Laki-laki akan cenderung mencari wanita yang lemah lembut perangainya, bisa dipimpin dan mampu meneduhkan pandangan mata suami saat memandangnya. Sedangkan wanita cenderung mencari lelaki yang cerdas dalam membangun keluarga, berperangai kokoh secara mental, mampu menghadapi masalah dan umumnya lebih pintar dari dirinya.
Hal-hal detail tersebut, hanya sebagian kecil yang akan terkuak dalam proses ta'aruf. Dalam kondisi ini, jika terdapat perbedaan yang mencolok akan menjadi bibit kegagalan rumah tangga. Pengikat mereka dalam kondisi ini adalah niat dalam menikah serta visi misi dalam menjalani keluarga, jika hal ini bisa mereka pegang sesuai tuntunan syariah, maka api-api kecil dalam rumah tangga akan terpadamkan.
Nah, bagi anda yang berniat menikah. Perbaikilah niat dari sekarang. Niatkan untuk meraih ridho Allah semata. Semoga keluarga Sakinah Mawaddah wa Rohmah tercapai. Wallahu'alam bishowab..

Selasa, 26 Mei 2015

Keutamaan Membaca Al Qur'an di Bulan Ramadhan.

Tarhib Ramadhan
By: Rudifillah El karo



الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal  kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.
Ikhwafillah Rahimakumullah,..

Sebentar lagi kita akan menyambut bualan Ramadhan. Bulan yang Allah muliakan Diantara bulan-bulan lainnya. Bulan yang penuh dengan Keberkahan, Penuh dengan pengampunan dari Allah. Dimana kemuliaan bulan ini setidaknya Rasulullah sampaikan pada hadits berikut ini:

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:
Adalah Rasulullah SAW memberi khabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa didalamnya; pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa'." (HR. Ahmad dan An-Nasa'i)

Dari Ubadah bin AshShamit, bahwa Rasulullah bersabda:
"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan, AIlah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do'a. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakanmu kepada para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini. " (HR.Ath-Thabrani, dan para periwayatnya terpercaya).
Al-Mundziri berkata: "Diriwayatkan oleh An-Nasa'i dan Al-Baihaqi, keduanya dari Abu Qilabah, dari Abu Hurairah, tetapi setahuku dia tidak pemah mendengar darinya."

Kutamaan Membaca Al Qur’an di Bulan Ramadhan

Adalah ditekankan bagi seorang muslim yang mengharap rahmat Allah dan takut akan siksa-Nya untuk memperbanyak membaca Al-Qur'anul Karim pada bulan Ramadhan dan buian-bulan lainnya untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala, mengharap ridha-Nya, memperoleh keutamaan dan pahala-Nya. Karena Al-Qur'anul Karim adalah sebaik-baik kitab, yang diturunkan kepada Rasul termulia, untuk umat terbaik yang pernah dilahirkan kepada umat manusia; dengan syari'at yang paling utama, paling mudah, paling luhur dan paling sempurna.

Al-Qur'an diturunkan untuk dibaca oleh setiap orang muslim, direnungkan dan dipahami makna, perintah dan larangannya, kemudian diamalkan. Sehingga ia akan menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhannya dan pemberi syafa'at baginya pada hari Kiamat.

Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur'an dan mengamalkan isi kandungannya tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat, dengan firmanNya " Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. " (Thaha:123),

Janganlah seorang muslim memalingkan diri dari membaca kitab Allah, merenungkan dan mengamalkan isi kandungannya. Allah telah mengancam orang-orang yang memalingkan diri darinya dengan firman-Nya :
"Barangsiapa berpaling dari Al-Qur'an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari Kiamat. " (Thaha : 100),

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. " (Thaha: 124),
Maka bersungguh-sungguhlah -semoga Allah menunjuki Anda kepada jalan yang diridhaiNya untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim dan membacanya dengan niat yang ikhlas untuk Allah Ta'ala. Bersungguh-sungguhlah untuk mempelajari maknanya dan mengamalkannya, agar mendapatkan apa yang dijanjikan Allah bagi para ahli Al-Qur'an berupa keutamaan yang besar, pahala yang banyak, derajat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi. Para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dahulu jika mempelajari sepuluh ayat dari Al-Qur'an, mereka tidak melaluinya tanpa mempelajari makna dan cara pengamalannya.

Dan perlu Anda ketahui, bahwa membaca Al-Qur'an yang berguna bagi pembacanya, yaitu membaca disertai merenungkan dan memahami maknanya, perintah-perintahnya dan larangan-larangannya. Jika ia menjumpai ayat yang memerintahkan sesuatu maka ia pun mematuhi dan menjalankannya, atau menjumpai ayat yang melarang sesuatu maka iapun meninggalkan dan menjauhinya. Jika ia menjumpai ayat rahmat, ia memohon dan mengharap kepada Allah rahmat-Nya; atau menjumpai ayat adzab, ia berlindung kepada Allah dan takut akan siksa-Nya. Al-Qur'an itu menjadi hujjah bagi orang yang merenungkan dan mengamalkannya; sedangkan yang tidak mengamalkan dan memanfaatkannya maka Al-Qur'an itu menjadi hujjah terhadap dirinya (mencelakainya).

Firman Allah Ta 'ala :
"lni adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapatkan pelajaran." (Shad: 29).

Bulan Ramadhan memiliki kekhususan dengan Al-Qura'nul Karim, sebagaimana firman Allah :
"Bulan Ramadhan, yang di dalamnya diturunkan permulaan Al-Qur'an ... "(Al-Baqarah: 185).
Dan dalam hadits shahih dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertemu dengan Jibril pada bulan Ramadhan setiap malam untuk membacakan kepadanya Al-Qur'anul Karim.

Hal itu menunjukkan dianjurkannya mempelajari Al-Qur'an pada bulan Ramadhan dan berkumpul untuk itu, juga membacakan Al-Qur'an kepada orang yang lebih hafal. Dan juga menunjukkan dianjurkannya memperbanyak bacaan Al-Qur'an pada bulan Ramadhan.

Tentang keutamaan berkumpul di masjid-masjid untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah seraya membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali turunlah ketenangan atas mereka, serta mereka diliputi rahmat, dikerumuni para malaikat dan disebut-sebut oleh Allah kepada para malaikat di hadapan-Nya. " (HR. Muslim).

Dalam hadits Ibnu Abbas di atas disebutkan pula mudarasah antara Nabi dan Jibril terjadi pada malam hari. Ini menunjukkan dianjurkannya banyak-banyak membaca Al-Qur'an di bulan Ramadhan pada malam hari, karena malam merupakan waktu berhentinya segala kesibukan, kembali terkumpulnya semangat dan bertemunya hati dan lisan untuk merenungkan. Seperti dinyatakan dalam firman Allah :
"Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu '), dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. "(Al-Muzzammil: 6).

Disunatkan membaca Al-Qur'an dalam kondisi sesempurna mungkin, yakni dengan bersuci, menghadap kiblat, mencari waktu-waktu yang paling utama seperti malam, setelah maghrib dan setelah fajar.

Boleh membaca sambil berdiri, duduk, tidur, berjalan dan menaiki kendaraan. Berdasarkan firman Allah :
"(Yaitu) orang-orang yang dzikir kedada Allah sambil berdiri, atau duduk, atau dalam keadaan berbaring... "(A1'Imran: 191).
Sedangkan Al-Qur'anul Karim merupakan dzikir yang paling agung.

Kadar Bacaan Al Qur’an yang Disunnahkan

Disunatkan mengkhatamkan Al-Qur'an setiap minggu, dengan setiap hari' membaca sepertujuh dari Al-Qur'an dengan melihat mushaf, karena melihat mushaf merupakan ibadah. Juga mengkhatamkannya kurang dari seminggu pada waktu-waktu yang mulia dan di tempat-tempat yang mulia, seperti: Ramadhan, Dua Tanah Suci dan sepuluh hari Dzul Hijjah karena memanfaatkan waktu dan tempat. 

Jika membaca Al-Qur'an khatam dalam setiap tiga hari pun baik, berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada Abdullah bin Amr :
"Bacalah Al-Qur'an itu dalam setiap tiga hari "( Lihat kitab Fadhaa'ilul qur'an, oleh Ibnu Katsir, him. 169-172 dan Haasyiatu Muqaddimatit Tafsiir, oleh Ibnu Qaasim, hlm. 107.)

Dan makruh menunda khatam Al-Qur'an lebih dari empat puluh hari, bila hal tersebut dikhawatirkan membuatnya lupa. Imam Ahmad berkata : "Betapa berat beban Al-Qur'an itu bagi orang yang menghafalnya kemudian melupakannya."
Dilarang bagi yang berhadats kecil maupun besar menyentuh mushaf, dasarnya firman Allah Ta 'ala :
"Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. "(Al-Waqi'ah: 79).


Dan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wassallam :
"Tidak dibenarkan menyentuh Al-Qur'an ini kecuali orang yang suci. " (HR. Malik dalam Al-Muwaththa,Ad-Daruquthni dan lainnya)" (Hai ini diperkuat hadits Hakim bin Hizam yang lafazhnya: "Jangan menyentuh Al-qur'an kecuali jika kamu suci." (HR. Ath-Thabrani dan Al-Hakim dengan menyatakannya shahih).


Asy-Syathibi dalam kitab Al-Muwaafaqaat mengatakan : "Sudah menjadi kesepakatan bahwa kitab yang mulia ini adalah syari'at yang sempurna, sendi agama, sumber hikmah, bukti kerasulan, cahaya penglihatan dan hujjah. Tiada jalan menuju Allah selainnya, tiada keselamatan kecuali dengannya dan tidak ada yang dapat dijadikan pegangan sesuatu yang menyelisihinya. Kalau demikian halnya, mau tidak mau bagi siapa yang hendak mengetahui keuniversalan syariat, berkeinginan mengenal tujuan-tujuannya serta mengikuti jejak para ahlinya harus menjadikannya sebagai kawan bercakap dan teman duduknya sepanjang siang dan malam dalam teori dan praktek; maka dekat waktunya ia mencapai tujuan dan menggapai cita-cita serta mendapati dirinya termasuk orang-orang pendahulu, dan dalam rombongan pertama jika ia mampu. Dan tidaklah mampu atas hal itu kecuali orang yang senantiasa menggunakan apa yang dapat membantunya, yaitu sunnah yang menjelaskan kitab ini. Selainnya, adalah ucapan para imam terkemuka dan salaf pendahulu yang dapat membimbingnya dalam tujuan yang mulia ini." ( Lihat AI Muwafaqaat, oleh Asy-Syathibi, 31224.)



Senin, 25 Mei 2015

RUQYAH MANDIRI TANPA KESURUPAN..


RUQYAH MANDIRI TANPA KESURUPAN..
By : Tono Esfandiar

Persiapkan bbrp kantong plastik, tissue dan air minum. Utk melakukan praktek ini
Lakukan Tahapan berikut ini.
1. Dm kondisi sdh berwudhu, duduk santai nyaman lalu saksikanlah video surah An Nur : 35 yg dibacakan oleh Salman Utaybi. Ulangi nonton 2 sd 3 kali.
2. Istighfar tobati semua kesyirikan, kemaksiatan dr akil baligh hingga saat ini. Bertobatlah dengan sungguh2, timbulkan rasa penyesalan yg dalam dr semua dosa yg pernah dilakukan.
3. Lakukan Ikrar Pemutus.
Bismillahirrohmanirrohim...
Wahai Allah yg Maha Menyaksikan, hamba secara sadar mewakili diri sendiri, kedua orang tua, nenek kakek moyang, keturunan dan seluruh keluarga besar mulai saat ini memutuskan semua perjanjian yg pernah dibuat oleh bangsa jin secara sadar maupun tdk sadar. Ya Allah jika ada jin dlm tubuh hamba maka tariklah keluar dr tubuh hamba dengan cara yg paling lembut, paling mudah tanpa menyakiti diri hamba. Baca syahadat dan takbir 3 kali.
4. Ambil air putih di gelas lalu bacakan ayat ruqyah 3 Qul ( al ikhlas, al falaq dan an naas) tiup lalu bacakan innalillahi wa inna ilaihi rojiuun 3 kali tiup ke air. Yakini air ini mjd obat dan yakini bahwa semuanya dtg dr Allah dan akan kembali kpd Allah.
5. Berdoa dengan khusyu posisi tangan berdoa. :
Ya Allah haramkanlah hati dan pikiran hamba dikuasai oleh jin. 3x
Ya Allah haramkanlah darah hamba dimasuki oleh jin. 3x
Ya Allah haramkanlah tangan kaki dan tubuh hamba dikuasai oleh jin. 3x
Ya Allah apabila ada jin dlm tubuh hamba maka lemahkanlah semua kekuatan mereka.
Ya Allah apabila ada jin dlm tubuh hamba tariklah meeka semua keluar dr tubuh hamba dgn cara yg paling lembut dan mudah.
lalu bacakan 3 Qul tiup ke telapak tangan, lalu usapkan ke wajah dan seluruh tubuh. Bila mual maka lakukan usapan dr bawah puser ke dada lalu ke leher dan muntahkan ke plastik sambil ucapkan. Bismillahi Allahu Akbar..
5. Jika ada tubuh yg tdk nyaman, atau sakit maka lakukan usap tarik buang ke plastik sambil mengucapkan Bismillahi.. Allahu Akbar..
6. Usap usap dada dan perut sambil berdoa ya Allah apabila ada penyakit fisik , psikis, gangguan jin, sihir dan benda ghoib yg ada di dlm tubuh hamba maka hamba mohon tariklah keluar semuanya dr tubuh hamba dengan cara yg paling lembut dan mudah tanpa menyakiti diri hamba. Lakukan usap tarik buang.
7. Jika tergambar wajah seseorang saat melakukan ruqyah mandiri maka ambillah air gelas td lalu celupkan jari telunjuk kanan dan berdoa " ya Allah apabila ada penyakit ain antara saya dengan .....(sebutkan nama wajah yg timbul dlm pikiran) maka hamba mohon putuskanlah penyakit ain ini ulangi 3x tiup lalu minum 7 tegukan.
Selamat mencoba kabari hasilnya. Kesembuhan datangnya hanya dr Allah maka marilah kita hijrah dr jahil ke sunnah. Perbaiki diri perbaiki ibadah sesuai sunnah, dzikir pagi petang dan dekatilah org org sholeh. Semoga Allah menolong kita semua dr semua gangguan makhluk jahat, dr penyakit dan takdir buruk dan semoga kita semua dapat sembuh dr penyakit. Aamiin.
Follow us :
👥FB : Rumah Dakwah Indonesia - RDI
🌐Twit : @RDI_rumahdakwah
rumahdakwah-indonesia.blogspot.com
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Reposted by :
®Rumah Dakwah Indonesia 🇮🇩
🎏🐠🎏🐠🎏🐠🎏🐠🎏

Rabu, 20 Mei 2015

Nafsul Insan

Nafsul Insan
by: Rudifillah El Karo






الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ 
الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-ya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal  kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.

Ikhwafillah Rahimakumullah..
Manusia adalah makhluk yang sempurna,insan yang Allah anugrahkan kelengkapan yang tidak dimiliki oleh mahluknya yang lainnya dengan sempurna yaitu Akal, Ruh dan Nafsu. Kelengkapan inilah yang membuat manusia memiliki drajat yang lebih tinggi dari Makhluknya yang lain.

Sebagai mahluk yang memiliki kelengkapan antara Jiwa (Ruh) dan Nafsu, manusia sesungguhnya diuji Allah agar mampu mengendalikan keduanya, agar terus tunduk dan mampu menghambakan diri kepada Allah. Sebagai mahluk ciptaan Allah SWT, setiap manusia jiwanya diberi dua jalan, yaitu jalan takwa dan fujur (kesesatan). Kita diberi kebebasan untuk memilih yang baik atau yang buruk.

"Jiwa manusia adalah pangkal kendali baik buruk  manusia secara keseluruhan. Allah telah mengilhamkan (memberikan kebebasan memilih) kepada jiwa manusia itu fujur atau taqwa" (QS. 91: 7 - 10).

Pilihan itu sangat potensial bersaing untuk mendominasi jiwa manusia, bahkan bisa terjadi konflik berkepanjangan diantara keduanya.  Yang berkepentingan pada kedua pilihan tersebut adalah nafsu (al hawa) dan ruh ( ar ruh). Nafsu cendrung untuk fujur, dan ruh cendrung untuk takwa.

Dilihat dari dominasi ruh dan nafsu itu terhadap diri manusia, maka jiwa manusia itu dapat kita bedakan menjadi tiga keadaan sebagai berikut:

1. Dominasi ruh lebih kuat dari pada hawa nafsu.
Pada kondisi ini manusia akan berorientasi atau punya kecendrungan untuk selalu berzikir di setiap keadaan dalam rangka mengontrol diri, sehingga jiwa pun selalu merasakan ketenangan untuk selalu berbuat yang terbaik. Jiwa - jiwa yang seperti ini di dalam alquran disebut dengan istilah nafsul muthma'innah.

2. Dominasi ruh dan hawa nafsu seimbang.
Pada kondisi ini akallah yang paling berperan dan akan terjadi konflik batin yang keras antara keinginan beramal saleh dengan kecendrungan untuk berbuat maksiat, penuh kebimbangan. (pelaksanaannya fifty-fifty). Jiwa - jiwa seperti ini di dalam al Qur'an disebut dengan  nafsul lawwamah atau nafsu yang selalu menyesali diri.

3. Hawa nafsu lebih dominan dibandingkan ruh.
Pada kondisi ini manusia akan dikuasai oleh syahwatnya (keinginan untuk bersenang-senang), dan berikutnya jiwa akan selalu menyuruh untuk melakukan hal-hal buruk (maksiat). Kondisi jiwa seperti ini dinamakan alQur'an sebagai nafsul amaratu bis su' yaitu nafsu yang selalu menyuruh pada keburukan.

"Apakah engkau tidak perhatikan orang yang telah menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya. Apakah engkau akan dapat menjadi pelindungnya. Atau apakah engkau mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memehami? Mereka itu hanyalah seperti binatang ternak bahkan lebih sesat lagi." Qs. Al Furqan: 43-44)

Jika Nafsu mulai menguasai manusia,dia akan menjadi lebih rendah dari binatang ternak. Kenapa binatang ternak??
Karena binatang ternak lebih rendah dari binatang liar karena mereka menjadi pemalas, makanan sudah disiapkan tuannya atau sudah diarahkan ke lokasi yang banyak makanannya. Beda dengan binatang liar yang harus berjuang bertahan hidup dan mencari makan.

Seburuk itulah perumpamaan yang Allah berikan untuk manusia yang dikendalikan hawa Nafsunya, mereka jatuh kemuliaannya dihadapan Allah. Bukan sebagai mahluk terbaik lagi.

Mengobati hati dari dominasi Nafsu.

Imam Ibnul Qoyim, dalam karyanya Ighatsatul Lahafan (1/16 – 17) menjelaskan bahwa ada 3 teori pokok untuk mengobati sesuatu yang sakit. Teori ini juga digunakan dalam ilmu medis.

Dalam dunia medis, ketika seorang dokter hendak mengobati pasien, dia akan memberlakukan 3 hal:

Pertama, menjaga kekuatan. Ketika mengobati pasien, dokter akan menyarankan agar pasien banyak makan yang bergizi, banyak istirahat, tenangkan pikiran, tidak lupa, sang dokter juga memberikan multivitamin. Semua ini dilakukan dalam rangka menjaga kekuatan fisik pasien.

Ibnul Qoyim menjelaskan, orang yang sakit hati, salah satu upaya yang harus dia lakukan adalah menjaga kekuatan mentalnya, dengan ilmu yang bermanfaat dan melakukan berbagai ketaatan. Hatinya harus dipaksa untuk mendengarkan nasehat dan ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan sunah, serta fisiknya dipaksa untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Karena ilmu dan amal, merupakan nutrisi bagi hati manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis riwayat Bukhari, memisalkan ilmu sebagaimana hujan dan hati manusia sebagaimana tanah. Karena hati senantiasa butuh nutrisi berupa ilmu.

Kedua, melindungi pasien dari munculnya penyakit yang baru atau sesuatu yang bisa memparah sakitnya.

Dalam mengobati pasien, tahapan lain yang dilakukan dokter adalah menyarankan pasien untuk menghindari berbagai pantangan sesuai jenis penyakit yang diderita pasien.

Hal yang sama juga berlaku untuk penyakit hati. Seperti yang dijelaskan Ibnul Qoyim, orang yang sakit harus menghindari segala yang bisa memperparah panyakit dalam hatinya, yaitu dengan menjauhi semua perbuatan dosa dan maksiat. Dia hindarkan dirinya dari segala bentuk penyimpangan. Karena dosa dan maksiat adalah sumber penyakit bagi hati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan bagaimana bahaya dosa bagi hati manusia,

إِنَّ العَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ» {كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}

Sesungguhnya seorang hamba, apabila melakukan perbuatan maksiat maka akan dititikkan dalam hatinya satu titik hitam. Jika dia meninggalkan maksiat itu, memohon ampun dan bertaubat, hatinya akan dibersihakn. Namun jika dia kembali maksiat, akan ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar-raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya, (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.’ (HR. Turmudzi, Ibnu Majah dan sanadnya dinilai kuat oleh Syuaib Al-Arnauth).

Ketiga, menghilangkan penyakit yang ada dalam dirinya

Tahapan terakhir, setelah dokter memastikan jenis penyakit yang diderita pasien, dokter akan memberikan obat untuk menyerang penyakit itu. Dokter akan memberinkan antibiotik dengan dosis yang sesuai, atau obat lainnya yang sesuai dengan penyakit pasien.

Di bagian akhir keterangannya untuk pembahasan ini, Ibnul Qoyim menjelaskan bahwa cara untuk menghilangkan penyakit yang merusak hati adalah dengan banyak bertaubat, beristighfar, memohon ampunan kepada Allah. Jika kesalahan itu harus ditutupi dengan membayar kaffarah maka dia siap membayarnya. Jika terkait dengan hak orang lain, diapun siap dengan meminta maaf kepadanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan,

التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ، كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ

Orang yang bertaubat dari satu perbuatan dosa, seperti orang yang tidak melakukan dosa itu. (HR. Ibn Majah).

Urgensi dan Kewajiban Berdakwah

Urgensi dan Kewajiban Berdakwah
By: Rudifillah el Karo






Ikhwani fillah rahimakumullah.
Ada fenomena yang buruk yang menghinggapi para aktivis dakwah kita saat ini. Fenomena itu adalah melemahnya semangat dakwah di berbagai lini dakwah. Bahkan banyak sekali mereka yang mengatakan dirinya aktivis dakwah, salesnya Allah dan penjuang kebangkitan islam, ketika diamanahkan suatu pekerjaan dakwah mereka berat menunaikannya.


Hal ini sebenarnya sudah terjadi bahkan sejak jaman Rasulullah masih hidup. Suatu hari a
da sesuatu yang aneh dirasakan Ka’ab bin Malik. Entah kenapa, sahabat yang begitu dekat dengan Rasul ini merasa enggan untuk segera berangkat bersama yang lain menuju Tabuk. Padahal, hampir tak seorang pun yang luput dari perang besar ini. Semuanya siap ikut. Paling tidak, memberikan sumbangan yang mereka ada. Ada apa dengan Ka’ab? Selama ini, hampir tak satu pun peluang jihad disia-siakan Ka’ab. Tapi di Tabuk ini, ia merasa kalau ladang gandumnya yang sedikit lagi panen benar-benar menyibukkannya. Ah, nanti saja. Nanti saja, akan saya kejar rombongan Rasul itu. Nanti, dan nanti. Akhirnya, Ka’ab benar-benar tertinggal hingga peperangan yang memakan waktu sekitar satu setengah bulan itu berakhir. Mungkin, bukan cuma Ka’ab yang sempat merasakan keanehan itu. Kita pun secara sedar atau tidak, pernah merasa ada sesuatu yang mengganjal. Semangat untuk aktif tiba-tiba mengendur. Dan keasyikan pun muncul saat diri cuma sebagai penonton. Sehingga dia lalai dari kewajibannya untuk berdakwah.
Ikhwafillah rahimakumullah, ada baiknnya jika kita ingatkan diri kita lagi mengenai apa itu dakwah. Mari kita mulai dari penjelasan mengenai dakwah itu sendiri.
Secara bahasa, dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja “da’a yad’u “ yang artinya “panggilan”, “seruan” atau “ajakan”. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa berdakwah adalah aktivitas menyeru manusia kepada Allah SWT dengan hikmahdan pelajaran yang baik dengan harapan agar objek dakwah yang kita dakwahi beriman kepada Allah SWT
dan mengingkari thagut
(semua yang di abdi selain Allah) sehingga mereka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.
Orang yang berdakwah disebut da'i (juru dakwah), sedangkan obyek dakwah disebut mad’u. Setiap dakwah hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah.
Saudaraku semua yg kucintai karena Allah....
Bagaimanakah Al Quran menjelaskan tentang dakwah? 
✨Dalil Kewajiban Dakwah Muslim dan Muslimah diwajibkan untuk mendakwahkan Islam kepada orang lain, baik Muslim ataupun Non Muslim.
Ketentuan semacam ini didasarkan pada firman Allah swt :
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang
yang beruntung” (Al-Imran :104)
Dalam tafsirnya ibnu katsir menjelaskan bahwa mereka yang terbaik dari ummat islam itu adalah mereka-mereka yang berjuang dan berjalan diatas dakwah dan mengabdikan harta dan tenaganya untuk Allah.
✨Dalil yg lain:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang- orang yang fasik” (Al-Imran : 110)
✨” Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang- orang yang mendapat petunjuk ” (An-Nahl : 125) .
✨” Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang- orang yang menyerah diri?” (Fushishilat : 33).
✨Dalam Hadits Rasulullah Saw disebutkan:
ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑْﻦِ ﻋَﻤْﺮٍﻭ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ ﺑَﻠِّﻐُﻮﺍ ﻋَﻨِّﻲ ﻭَﻟَﻮْ ﺁﻳَﺔً

“Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” [HR. Bukhari]
“Siapa saja yang melihat kemungkaran hendaknya ia mengubah dengan tangannya. Jika
dengan tangan tidak mampu, hendaklah ia ubah dengan lisannya;
dan jika dengan lisan tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya; dan ini adalah selemah-lemah iman.” [HR. Muslim]
Ikhwanifillah rahimakumullah,
Riwayat-riwayat di atas merupakan dalil yang shahih mengenai kewajiban dakwah atas setiap Mukmin dan Muslim. Bahkan, Allah swt mengancam siapa saja yang meninggalkan dakwah Islam, atau berdiam diri terhadap "kemaksiatan" dengan “tidak terkabulnya doa”. Bahkan, jika di dalam suatu masyarakat, tidak lagi ada orang yang mencegah kemungkaran, niscaya Allah akan mengadzab semua orang yang ada di masyarakat tersebut, baik ia ikut berbuat maksiat maupun tidak. Kenyataan ini menunjukkan dengan sangat jelas, bahwa hukum dakwah adalah
wajib, bukan sunnah. Sebab, tuntutan untuk mengerjakan yang
terkandung di dalam nash-nash yang berbicara tentang dakwah datang dalam bentuk pasti.
Cukuplah kita sudah melihat begitu banyak bencana yang menimpa negara kita. Banjir, gunung meletus, tanah longsor, bahkan mungkin hadirnya pemimpin yang jahil merupakan bentuk adzab dari Allah karena masyarakat kita yang begitu jauh tersesat dan para aktivis dakwah enggan bergerak.
Indikasi yang menunjukkan bahwa tuntutan dakwah bersifat pasti adalah, adanya siksa bagi siapa saja yang meninggalkan dakwah. Ini menunjukkan, bahwa hukum dakwah adalah WAJIB.
Saudaraku semua,
Urgensi Dakwah
Pada dasarnya urgensi dakwah bagi kehidupan manusia telah digambarkan oleh Rasulullah saw dengan sangat indah (perumpamaan dlm hadits ini sudah sangat terkenal) di dalam sebuah haditsnya :

“Perumpamaan orang-orang yang mencegah berbuat maksiat dan yang melanggarnya adalah
seperti kaum yang menumpang kapal. Sebagian dari mereka berada di bagian atas dan yang lain berada di bagian bawah. Jika orang-orang yang berada di bawah membutuhkan air, mereka harus melewati orang-orang yang berada di atasnya. Lalu mereka berkata: ‘Andai saja kami lubangi (kapal) pada bagian kami, tentu kami tidak akan menyakiti orang- orang yang berada di atas kami’. Tetapi jika yang demikian itu dibiarkan oleh orang-orang yang berada di atas (padahal mereka tidak menghendaki), akan binasalah seluruhnya. Dan jika dikehendaki dari tangan mereka keselamatan,maka akan selamatlah semuanya”. (HR. Bukhari)

Kesimpulannya, Allah swt telah memerintahkan kepada umat Islam agar membentuk kelompok yang tugasnya dakwah kepada Islam, dan amar ma’ruf nahi ‘anil mungkar.
Oleh karena itu seorang Muslim wajib mengemban dakwah Islam sesuai dengan batas-batas yang telah ditetapkan oleh syariat.
Hari ini Allah amanahkan antm di dalam wadah dakwah ini. Maka genggam erat amanah ini, jangan lepaskan lagi. Karena bisa jadi ketika sedikit saja antm lalai menjaganya. Allah alihkan amanah ini ke orang laing yang Allah anggap lebih layak untuk memperoleh syurganya.

Mudah-mudahan wadah dakwah ini bisa menjadi wasilah untuk mencegah hadirnya bencana di negara ini, juga menjadi jalan agar kelak Allah pertemukan kita di syurgaNya.

Surat Cinta untuk Istriku.

Surat Cinta untuk Istriku.


By: Rudifillah el Karo.



Istriku...
Kutahu aku bukanlah lelaki yang Istimewa.
Bukan pula seorang lelaki dengan sejuta prestasi.
Namun, tahukah engkau??
Kelembutan hati dan tutur katamu membuatku merasa Istimewa.
Mendapatkan cintamu, membuatku menjadi lelaki paling berprestasi.
Engkaulah cahaya mata yang selalu menyejukkan hatiku..

Istriku...
Jika harus melukiskan apa itu syurga dunia.
Maka akan kulukiskan bahwa syurga itu adalah teduhnya hatimu.
Perhiasannya adalah akhlakmu yang terpatri dari rasa takut pada Rabbmu.
Dan pemandangan indahnya adalah do'amu yang terurai bercampur rindu.

Istriku...
Aku bersyukur atas pernikahan ini.
Karena telah bersandar sudah hati ini.
Karena doa-doa ini sudah ada empunya.
Karena tersambut sudah cinta dan kerinduan ini.

Istriku...
Jika nanti aku tertatih menjalani hidup ini.
Peganglah tanganku, bisikkan cinta di telingaku.
Agar aku tersadar dari kelemahan yang hadir.
Agar aku bangkit menjadi Lelaki yang tangguh.

Kemudian jika suatu saat nanti kita diuji Allah.
Tetaplah pegang tangan ini, raihlah pundak ini.
Karena aku akan menjagamu dengan sepenuh kekuatanku.
Kita akan raih sakinah itu di semua kondisi.

Dan kita akan bangun miniatur syurga di rumah tangga kita.
Agar kelak anak-anak kita tumbuh dengan penuh cinta.
Cinta yang akan menjadikan mereka Pejuang-pejuang Allah.
Teguh dalam barisan penjaga panji-panji Allah.

In syaa Allah bidadariku.
In syaa Allah kekasihku.
Semua akan kita jalani berbekal kemuliaan Akhlakmu.
Semua akan kita lalui sampai kita bertemu lagi di Rumah Kita sebenarnya.
Yaitu Syurga yang Allah siapkan untuk orang Beriman.
Aamin Allahumma Aamiin.

Medan, 15 mei 2015.
Pkl : 23:50 WIB
#DitulisSaatLemburKerjaDiKantor