BAB I. JALAN DAKWAH
Sebagai pendahuluan bab ini, penulis memberikan penjelasan
umum terkait dengan jalan dakwah. Tugas terbesar umat Islam ialah memimpin
dunia, mengajar seluruh kemanusian kepada sistem Islam, membimbing cara hidup
Islam, membimbing kepada ajaran yang baik, karena tanpa Islam, manusia tidak
mungkin bahagia. Dimana tugas tersebut bukan tugas yang juz’iah, sampingan atau
sebagian-sebagian serta bukan hanya mencapai tujuan-tujuan terbatas dalam
aspek, tempat, daerah, bangsa, atau tanah air tertentu. Akan tetapi tugas ini
merupakan satu tugas agung yang meliputi segenap sisi kehidupan demi kebaikan
seluruh manusia bahkan untuk seluruh makhluk Allah. Karena Rasulullah diutus
untuk membawa rahmat ke seluruh alam.
Tabiat jalan dakwah (seperti yang tercantum di dalam surat
al-ankabut: 1-3) tidaklah mudah tetapi merupakan jalan yang sukar dan panjang.
Dalam dakwah memerlukan kesabaran, ketekunan memikul beban berat, kemurahan
hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharap hasil yang segera, tanpa putus
asa dan putus harapan. Dengan kata lain berusaha dengan sebaik mungkin dan
menyerahkan hasilnya kepada Allah. Diingatkan pula bahwa selalu ada balasan
baik bagi yang beriman dan bertakwa kepada ALLAH.
Ada tiga wasilah dan kebijaksanaan umum dalam dakwah, yaitu:
1. Iman yang mendalam (Iman Amiq)
2. Pembentukan yang rapi (Takwin Daqiq)
3. Usaha dan Amal yang berkesinambungan (Amal Mutawasil)
Ada tiga pula untuk tahapan dakwahnya yaitu:
1. Tahap penerangan (ta’rif) atau tahap propaganda
Dimana merupakan langkah pertama suatu perjalanan dakwah.
Kesuksesan dan keselamatan tahap inilah yang menentukan dan akan mempengaruhi
tahap-tahap selanjutnya. Dalam tahap ini diharuskan seorang muslim (aktivis
dakwah) memahami islam dengan pemahama yang murni dan benar. Serta harus
kembali kepada pedoman kita yang selalu dijaga oleh Allah SWT yaitu Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul-Nya. Dalam tahap ini juga para aktivis dakwah harus paham
bahwa ketika menyampaikan dakwah dan peringatan harus mengemukakan
keuniversalan islam dengan lengkap, utuh, total tanpa memisahkan antara satu
bagian dan bagian lain atau bahkan menghapus satu bagian dari keseluruhan.
Untuk mewujudkan cita-cita dalam memperkenalkan dan mengembangkan dakwah,
seorang da’i harus memiliki sifat-sifat asasi dan harus berpegang pada uslub
atau cara yang baik dan benar dalam pelaksanaan dakwahnya. Salah satunya yaitu
harus menjadi contoh, teladan, dan model yang baik bagi Islam yang didakwahkan.
Harus melaksanakan semua rukun Islam, mengikuti Sunnah dan cara hidup
Rasulullah saw., menjauhi yang syubhat dan yang meragukan dan menjauhi segala
yang haram. Serta senantiasa mengingat Allah dalam persolan kecil ataupun
besar. Intinya adalah, seorang da’i harus mempunyai niat yang ikhlas dan
kebulatan tekad semata-mata karena Allah dan dakwah Allah. Da’i juga dituntut
punya pengetahuan luas, mengikuti perkembangan dan situasi, dan mengetahui
berbagai aliran pemikiran dan ideologi modern.
2. Tahap pembinaan dan pembentukan (takwin)
Tahap ini harus mengikuti tahap sebelumnya agar tahap
penerangan dan pengenalan ide dakwah tidak menjadi sia-sia dan tidak hilang
tanpa bekas. Sebelum masuk ke tahap ini, para da’i harus mempersiapkan dirinya
dengan melakukan perubahan yang menuju pada segala sesuatu yang Islami mulai
dari dirinya sendiri. Ada ungkapan indah dari Hasan Al-Hudhaibi mengenai
masalah ini, yaitu:
“Tegakkan daulah Islamiyah di dalam hatimu, agar ia tegak
diatas bumimu”
Tujuan dari tahap ini adalah agar Islam mempunyai kader
dakwah yang Islami. Islam tidak butuh banyak kader dakwah tapi tak ada satupun
yang mempunyai karakter Islami. Yang dibutuhkan adalah muslim yang selamat
aqidahnya, benar ibadahnya, teguh akhlaknya, pikirannya terdidik, badannya
kuat, memiliki usaha yang mampu berdikari, ikhlas berqurban untuk diri sendiri
dan orang lain, sanggup memerangi hawa nafsu, disiplin dalam segala urusannya
dan memiliki nilai-nilai asasi bagi seorang da’i dan pendukung dakwah. Dalam
tahap ini para kader dakwah dipersiapkan untuk bertempur menuju medan dakwah
serta digembleng agar siap berjihad atas namaNya.
3. Tahap pelaksanaan (Tanfidz)
Tahap ini adalah tahap terakhir yang mana mempunyai
tantangan lebih berat. Kesabaran, keilmuan, dan segala keahlian da’i yang telah
digembleng sebelumnya akan di uji pada tahap ini.
Penyelewengan dakwah yang harus dihindari:
- Fitnah Ilmu: dapat menyebabkan dikeluarnya hukum baru yang
sama sekali tidak ada di al-qur’an dan al-Hadits.
- Furu’iyah dan ushul: selalu memperdebatkan masalah
tersebut dari bentuk lahiriahnya tanpa melihat dan mengurus isi/pokok (inti).
Karena sebelum menyuruh seseorang yang diseur dengan hal-hal yang bersifat
furu’iyah (cabang), terlebih dahulu bersama mereka harus mengukuhkan dan
menegakkan masalah ushul (pokok) atau dasar aqidah Islam dalam diri kita.
- Keras dan Keterlaluan: para da’i harus waspada untuk tidak
terlalu keras dan sangat keterlaluan dalam membebankan dirinya dengan melakukan
tugas-tugas taat dan ibadah yang diluar kemampuannya. Juru dakwah harus dapat
membedakan antara tindakan yang tegas penuh kesungguhan, dengan keterlaluan
serta membebani diri di luar kemampuan. Amal yang sedikit tetapi kontinu itu
lebih baik dari pada amal yang banyak tetapi terputus dan terhenti di tengah
jalan.
- Sikap terburu-buru dan Kelonggaran: Sikap terburu-buru
berbahaya karena mengakibatkan tindakan tanpa perencanaan yang matang.
Selanjutnya, hal ini akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan yang
dicita-citakan, bahkan dapat merusak dan membahayakan harakah Islam.
- Antara Politik dan Pendidikan: Dalam dakwah tidak boleh
memandang enteng peranan tarbiyah (pendidikan) pembentukan dan perlunya
beriltizam dengan ajaran Islam dalam membentuk asas dan dasar yang teguh. Dalam
dakwah juga tidak boleh terburu-buru mempergunakan cara dan uslub politik
menurut syarat dan cara partai-partai politik karena dengan begitu kita akan
mudah terpedaya dengan kuantitas anggota yang diambil dan dianggap
menguntungkan tanpa mewujudkan iltizam tarbiyah.
- Antara Dakwah dan Pribadi Manusia: karena Juru dakwah
adalah manusia yang kadang kala benar dan kadang kala salah serta kadangkala
berbeda pendapat. Tetapi diharapkan para da’i dapat mengkondisikan diri.
Sehingga perbedaan pendapat tidak menjadikan para da’i merasa paling benar dan
menjadi ahli debat dengan mengatas namakan dakwah. Hal ini akan menghancurkan
segala usaha kita disebabkan waktu yang terbuang percuma untuk perdebatan,
perpecahan, dan usaha untuk membuat perdamaian yang terus saja berulang jika
muncul masalah baru.
Yang ada di sekitar penyelewengan:
- Kontradiksi dan Kesulitan: Seorang da’i harus terampil
dalam mengamati lingkungannya. Karena banyaknya kondisi yang kontradiksi di
masyarakat kita. Yang mana adanya masyarakat dihadapkan pada kehidupan yang
penuh kemaksiatan dan kehidupan yang Islami yang bebas dari kemaksiatan. Jika
tidak ada yang memberi petunjuk dan bimbingan terhadap jalan fikiran
dikhawatirkan masyarakat akan memilih kehidupan yang penuh kemaksiatan daripada
kehidupan yang bebas dari kemaksiatan.
- Siapa yang bertanggung jawab bila penyelewengan terjadi?
Jawabannya adalah jamaah. Karena seharusnya jamaah inilah yang mengarahkan,
menunjukkan dan membimbing mereka berjalan di jalan dakwah sesuai dengan
perjalan Rasulullah saw. Dan terus diterapkan sampai ajal tiba.
- Syumul dan Pandangan Jauh: Bekerja untuk Islam harus
mempunyai pandangan yang syumul (menyeluruh) dan mendalam serta berpandangan
jauh. Karena jalan dakwah ini butuh strategi yang sudah diperhitungkan
sebelumnya resiko apa yang akan diambil. karena berdasarkan pengalaman,
semangat yang meluap-luap bukanlah bukti kekuatan iman, malah menunjukkan
kedangkalan jiwanya dan kurangnya kesiapan serta tidak bersabar menghadapi
penderitaan. Ingatlah bahwa permasalahan dakwah ini menginginkan perubahan
menuju tegaknya Daulah Islamiyah ‘Alamiyah (Negara Islam sejagat) dan untuk
seluruh manusia. Maka diperlukan pandangan yang syumul, perhatian, dan
perhitungan sewajarnya.
- Jalan yang benar: Untuk mencapai tujuan yang telah
dicita-citakan, agar yang bathil itu diubah dan daulah yang haq ditegakkan,
bagaimanapun harus dilakukan dengan jalan yang benar dan tepat yaitu, dengan
menanam dasar aqidah secarah kokoh di dalam jiwa, mendidik da mempersiapkan
generasi mukmin yang benar dan mampu mambangun suatu perubahan, membangun rumah
tangga muslim yang menampilkan Islam di segenap kegiatan dan aspek hidupnya,
bekerja dan berusaha sungguh-sungguh memenangkan pendapat umum, agar mereka
memihak dakwah Islam.
- Merubah Realitas dan Menghapus Kemungkaran: hal ini memang
merupakan tujuan dakwah. Tapi sekali lagi, para da’i harus memperhatikan bahwa
merubah realitas dan menghapus kemungkaran bukanlah dilakukan dengan tindakan
serta merta dan memerangi secara langsung atau memasuki medan pertentangan.
Teladan yang diberikan oleh Rasulullah pada penduduk Mekah patut dijadikan
contoh. Beliau tidak langsung memerangi penduduk Mekah yang menyembah berhala.
Tetapi menunggu waktu yang tepat dan masa yang tepat untuk menghancurkan berhala-berhala
tersebut.
- Kesabaran, Ketahanan dan penyampaian dakwah: Tiga unsur
ini sangat penting di peringkat pertama dakwah yaitu sabar, tetap bertahan
(istiqomah), dan menyampaikan dakwah dengan tekun.
- Jihad dan Menjual diri untuk Allah. Kesadaran inilah yang
harus dimiliki seorang da’i untuk mensukseskan jalan dakwah ini.
Bagaimanapun, penyelewengan fikrah (pemikiran) lebih
berbahaya dari pada penyelewengan harakiah (gerakan).
Rintangan atau Halangan Dakwah:
a. Manusia berpaling dari dakwah: Bagaimanapun seorang da’i
memang harus memiliki sifat sabar dan selalu sabar. Jangan berkecil hati untuk
sambutan pertama dari target dakwah kita. Sebagaimana Allah berfirman:
“Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan” (Al-Maidah:99) selebihnya
serahkan pada Allah. Karena Allah-lah yang menentukan siapa yang pantas untuk
mendapatkan hidayah-Nya. Dan jangan pula bernggapan bahwa sambutan mereka yang
pertama terhadap dakwah telah mencukupi dan memadai untuk meneruskan dan
mengekalkan kesadaran mereka terhadap tugas mereka kepada Allah dan Islam.
Mereka harus tetap diperhatikan. Karena manusia adalah tempatnya salah dan
lupa. Sehingga dengan terusnya mengingatkan akan memperkokoh jalan dakwah ini.
b. Olok-olok dan Ejekan: marah ketika diejek atau
diolok-olok adalah manusiawi. Tetappi di sini, seorang da’i dituntut untuk
melatih diri supaya menerima segala gangguan, olok-olok dan penghinaan dengan
kesabaran dan doa untuk target dakwah kita agar diberi hidayah, seperti yang
dicontohkan oleh Rasulullah. Hal ini sesuai dengan janji Allah dalam surat
Fushilat ayat 33. Dan jadilah seperti apa yang dikatakan imam Hasan al-Banna:
“Jadilah kamu manusia yang seperti pohon buah-buahan, apabila dilempar dengan
batu, pohon itu bahkan melempari manusia dengan buah-buahannya”.
c. Penyiksaan: ingatlah firman Allah Surat Al-baqarah ayat
214. Penyiksaaan ini merupakan ujian da’i dalam menyampaikan kebenaran dan itu
merupakan Sunnatullah. Itulah mengapa diharuskan bagi para da’i untuk
memperkuat tekadnya, mengukuhkan kemauan sejak bermulanya langkah pertama di
atas dakwah.
d. Kelaparan dan Kesenangan setelah Kesusahan
e. Jabatan dan alat mencari Rezeki
f. Istri dan Anak: oleh karena itu seorang Da’i harus
selektif dalam memilih Istri. Carilah Istri yang solihah yang mana nantinya
akan menjadi menyokong untuk kesuksesan dakwah ini dan mendidik anak-anak
menjadi anak-anak yang akan meneruskan perjuangan. Bukannya menjadi halangan
dalam kesuksesan dakwah.
g. Mabuk dunia dan Harta
h. Suara penghalang yang melemahkan: maksudnya suara dari
lingkungan sekitar. Yang mana dapat berupa saran, ajakan, ajaran-ajaran, dan
ancaman dari mereka yang lemah kemauan dan dangkal cita-citanya meneruskan
perjalan dakwah karena mementingkan kesenangan di dunia yang semu. Atau,
ancaman tersebut datangnya dari musuh-musuh Allah. Untuk menguatkan lihat
firman Allah pada surat Ali Imran: 172-175, Ali Imran ayat 139, An-nisa ayat 104,
dan Ali Imran ayat 146. Dan juga kata-kata mutiara dari Imam Hasan Al-Banna
sehubungan dengan masalah ini adalah: “Kekuatan yang paling bagus apabila ia
berada dalam kebenaran, dan kelemahan yang paling buruk kalau ia berada di
hadapan kebathilan”
i. Kekerasan Hati karena lama tidak Aktif: untuk menjaga
diri dari rintangan ini, pendukung dakwah harus memelihara dirinya supaya tidak
terasing dari saudara-saudaranya, supaya senatiasa berada di dalam amal
danusaha dakwah, tolong menolong di dalam kebaikan, wasiat-mewasiati tentang
kebenaran dengan kesabaran.
j. Waspada sepanjang masa terhadap rintangan apapun yang
akan melanda dan senantiasa berlindung kepada Allah (Al-A’raaf:200)
Perbaiki dirimu dan seru Orang lain:
a. Ibadah yang benar
b. Akhlak yang Kuat
c. Wawasan berfikir (tsaqafatul fikri)
Tiga aspek dasar tsaqafatul fikri:
1. Memahami Islam secara betul dan menyeluruh
2. Mengetahui persoalan-persoalan yang patut diketahui oleh
orang-orang yang aktif dalam gerakan Islam.
3. Memantapkan spesialisasi ilmu yang dimiliki.
d. Kesehatan Jasmani
e. Aspek penting lainnya:
- Berjihad untuk dirinya
- Berguna kepada manusia
- Menjaga waktunya
- Disiplin dalam segala urusannya
- Mampu bekerja untuk memenuhi keperluan hidupnya.
Cara mewujudkan perbaikan:
- Adanya pelaksana program yang sesuai dengan Risalah
Ta’alim Hasan al-Banna
- Mengamalkan wirid
- Muhasabah setiap hari
Tujuan memperbaiki diri adalah melahirkan kader-kader aqidah
yang ideal. Sedangkan Tujuan menyeru orang lain adalah untuk memperbanyak
golongan mukminin yang benar, yang satu sama lainnya saling berkasih saying,
yang memiliki dasar keimanan yang kokoh.
Tegakkan Keluarga Muslim
- Memilih calon Pasangan: Rasulullah bersabda:”Wanita itu
dinikahi karena empat unsur: karena hartanya, karena keturunannya, karena
kecantikannya, dank arena agamanya. Maka kamu hendaknya memilih wanita yang
beragama, agar kamu berbahagia”
- Beriltizam dengan ketentuan Islam
- Kebahagiaan Keluarga yang dicita-citakan: Allah telah
berfirman: “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikannya di antara kamu rasa kasih sayang”
(Ar-Rum:21)
- Perkawinan itu Ibadah
- Perkawinan itu saling percaya mempercayai
- Perkawinan adalah sebuah syarikat yang dipimpin suami
- Perkawinan adalah tanggung jawab dan amanah
- Rumah tangga Muslim merupakan Risalah
- Rumah tangga muslim sebagai pusat pancaran cahaya
Marilah bersaudara
- Binalah persaudaraan karena Allah
- Saling ingat mengingatkan antara kita
- Galakkanlah Mekanisme saling mewasiati
- Hendaknya tetap dalam jalan dakwah
BAB II. PRINSIP DAN PENYIMPANGAN GERAKAN ISLAM
Bentuk-bentuk penyimpangan dakwah:
1. Penyimpangan Tujuan (ghoyah): Dakwah yang bertujuan
selain Allah.
Hal ini dipengaruhi oleh:
- Penyakit Hati: Riya’, ghurur (lupa diri), sombong,
ego-centris dan gila popularitas
- Tidak memahami urgensi keikhlasan: masalah keikhlasan ini
banyak tercantum di dalam al-qur’an. Az-zumar:11-12, Az-zumar:14, Al-Bayyinah
ayat:5, Al-An’am:162-163
2. Penyimpangan dari Sasaran Utama (ahdaf): kepada sasaran
yang sifatnya juz’iyah (sektoral). Imam Hasan al- Banna menjelaskan bahwa
sasaran dakwah yang dituju adalah menegakkan agama Allah dibumi dengan
mendirikan Daulah Islamiyah dan mengembalikan khilafah: termasuk menyampaikan
Islam kepada seluruh manusia.
Bentuk-bentuk penyimpangan:
- Pemisahan sasaran
- Pembatasan Negara
- Hanya untuk kekuasaan
- Pembatasan Islam yang Parsial
3. Persoalan jama’ah dan Komitmen (Iltizam):
- Meremehkan amal jama’i
- Banyaknya jama’ah dan pemimpin
- Friksi-friksi dalam jama’ah
- Bergantung pada individu yang lebih kuat
- Menimbulkan perselisihan
- Keluar dari jama’ah
- Tidak memenuhi arkan bai’ah
- Perasaan lebih tinggi
4. Persoalan Pemahaman (fahm):
- Mengadopsi pemikiran yang jelas-jelas bertentangan dengan
pemahaman yang benar tentang Islam, Al-Qur’an, Sunnah Nabinya.
- Berupaya untuk mengebiri nilai as Sunnah-Nabawiyah, yaitu
menggunakan al-qur’an saja, memenangkan pandangan rasional atas hadits shahih,
upaya menyeret Islam untuk kepentingan penguasa dengan dalih pengembangan dan
pembaharuan.
- Berupaya memaksakan semua anggota jama’ah untuk mengikuti
suatu pendapat dalam masalah furu’ yang mempunyai beberapa pendapat.
- Membesarkan masalah juz’iyah dan far’iyah dengan
mengorbankan masalah kulliyat (prinsip)
- Pengebirian Islam dalam pelaksanaannya padahal kita
diwajibkan menyuguhkan Islam secara kamil (utuh)
5. Persoalan langkah (khiththah) operasional dan sasarannya
sesuai dengan tuntunan Rasulullah dalam berdakwah. Namun, ada beberapa
penyimpangan yang mungkin terjadi dalam langkah operasional, yaitu:
- Mengikuti Pola partai Politik : mengutamakan kuantitas
bukan kualitas
- Tidak memperhatikan factor tarbiyah (pembinaan)
- Mengabaikan unsur persatuan dan potensi jalinan antar
individu: “Dan janganlah kamu bertikai, karena dengan sebab itu kamu akan gagal
dan kehilangan kekuatan” (Al-Anfal:46)
- Mengabaikan pemeliharaan potensi struktur jama’ah dan
komitmen keanggotaan
- Penyimpangan-penyimpangan yang berkaitan dengan masalah
jihad dan persiapannya
- Faham kedaerahan
- Menerima prinsip dan ideology sekuler
- Mendorong jama’ah untuk didominasi orang lain
- Berpartisipasi dalam pemerintahan yang tidak menjalankan
hukum Allah
- Berkoalisi bersama musuh dengan mengorbankan prinsip dan
tujuan
- Mengabaikan prinsip syura (musyawarah) dan nasihat
- Mementingkan formalitas, bukan esensinya serta mengutamakan
perdebatan dan diskusi daripada kerja
- Reaksioner tanpa perencanaan
- Mengarah kepada pertarungan sampingan dan persoalan
Far’iyah
- Memisahkan diri dari masyarakat
Sekitar ujian dan cobaan
- Ujian merupakan sunnah dakwah: Al-Baqarah: 214,155,
Al-Ankabut:1-3, Ali Imran: 179, Al-An’am:34, Muhammad 31
- Kesalahan dalam memandang ujian:
a. Anggapan bahwa ujian bukan hal yang wajar terjadi di atas
jalan Dakwah.
b. Pemahaman yang salah ketika ujian telah mengguncangnya
c. Beranggapan bahwa ujian dapat dihindari dengan sedikit
bertindak bijaksana dan taksis (diplomasi dengan musuh)
d. Berlindung dan mendukung orang-orang zhalim serta
menyatakan keluar dari jama’ah dan menyerangnya karena ingin menghindari
ancaman pemenjaraan dan penyiksaan
e. Tidak ada keteguhan dan kekuatan dalam menanggung derita
f. Pada sebagian orang yang menduduki jabatan penting,
menuduh jeleknya seleksi dari pihak pimpinan
g. Tidak mengambil hikmah Allah dan penempaan serta seleksi
yang terkandung dalam ujian
h. Tidak memaklumi orang yang tidak tahan menanggung
kerasnya siksaan dan orang yang lemah
i. Terlalu berlebihan untuk menghentikan gangguan dan
penyiksaan terhadap sesama anggota dengan bentuk apa saja.
j. Menganggap ujian sebagai pukulan keras yang mematikan
atau melumpuhkan
k. Menghentikan dakwah agar tidak mendapa siksaan baru
l. Mempersempit aktivitas dakwah yang menyinggung musuh atau
penguasa
m. Menjangkitnya penyakit keputusasaan dengan sebab ujian
“Sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman
bersamanya: ‘bilakah datangnya pertolongan Allah?’Ingatlah, sesungguhnya
pertolongan Allah itu amat dekat” (Al-baqarah: 214)
- Faktor-faktor keberhasilan yang dapat menundukkan
rintangan:
a. Kekuatan dakwah kita: Al-baqarah:138
b. Keperluan dunia terhadap dakwah kita
c. Kemuliaaan tujuan kita
d. Dukungan Allah kepada kita
“Dan Allah berkuasa atas urusan-Nya, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui” (Yusuf: 21)
Sikap menghadapi Musuh dan Kekuatannya
- Kesalahan dalam memandang musuh:
a. Membesar-besarkan kekuatan Musuh: Al-Fath:4, Muhammad: 4,
35 Al-Anfal 12,17
b. Terlalu meremehkan kekuatan musuh
c. Buruknya system pemilihan pimpinan militer
d. Berkelompok dan saling berkhianat di kalangan pimpinan:
al- Anfal: 45-46, As-Shah: 4
e. Spontanitas
f. Mengikutsertakan orang-orang yang lemah iman dan munafiq:
At-Taubah: 47-48
g. Bangga dengan mayoritas: At-Taubah: 25-26, Ali Imran: 126
h. Merasa berat ke dunia dan tidak menyambut panggilan
jihad: At-Taubah 38-39
i. Mundur dari medan pertempuran: Al-Anfal: 15-16
j. Merasa sombong dan congkak pada saat kemenangan
k. Jatuh mental dan semangat pada saat terjadi serangan: ali
Imran 139-141, 171-175
BAB III. IKHWANUL MUSLIMIN MENJAWAB GUGATAN
Persoalan Pertama
- Islam Agama Jama’ah... Agama Akhirat dan dunia
- Menegakkan Negara Islam yang memberikan kekuasaan pada
Dien Allah.
- Asy-Syahid Hasan Al- Banna Menggariskan jalan dakwah
sesuai sirah Rasulullah dalam menghadapi realitas serta agar kita beramal
jama’i
Persoalan Kedua
- Sifat-sifat Jama’ah:
a. Pertama, jama’ah harus mengembalikan seluruh manusia,
terutama para Aktivis Islam kepada pemahaman yang bersih, menyeluruh dan benar
tentang Islam
b. Kedua, jama’ah yang berusaha mewujudkan tuntutan-tuntutan
dan semua kewajiban Islam harus mempunyai program menegakkan Negara Islam,
Khilafah Islamiyah dan kekuasaan Allah di muka bumi
c. Ketiga, jama’ah harus menempuh metode (manhaj) yang benar
dalam mewujudkan kewajiban dakwah yaitu: mempersiapkan kekuatan aqidah,
kekuatan persaudaraan, kemudian kekuatan senjata
d. Keempat, jama’ah ini harus sedapat mungkin bias bekerja
di seluruh penjuru dunia Islam
e. Kelima, memilih jama’ah yang lebih memiliki pengalaman di
jalan dakwah agar tidak terjadi pemborosan waktu, potensi dan nyawa.
- Jama’ah Ikhwanul Muslimin memenuhi persyaratan
- Jama’ah Ikwan secara keseluruhan menempuh jalan yang benar
Persoalan Ketiga
- Ikwanul Muslimin dan garis perjuangan Imam al-Banna yang
mana adanya pemahaman, salah satu dari “dua puluh prinsip”, tidak adanya
perdebatan panjang masalah perbedaan fiqhiah, sasaran Ikhwanul Muslimin yaitu:
Pertama, membebaskan negeri Islam dari semua kekuatan asing
Kedua, menegakkan, dinegeri yang merdeka ini, suatu Negara
Islam yang akan memberlakukan hukum-hukun Islam, menerapkan system sosialnya,
mengumumkan prinsip-prinsipnya yang lurus, dan menyampaikan dakwahnya yang arif
kepada semua manusia
dan tujuan Ikhwanul Muslimin pada hakekatnya mencari Ridha
Allah.
- Sarana-sarana umum yang dipergunakan dalam gerakan dakwah
ikhwanul muslimin, yaitu:
a. Iman yang mendalam (Iman Amiq)
b. Pembentukan yang rapi (Takwin Daqiq)
c. Usaha dan Amal yang berkesinambungan (Amal Mutawasil)
- Tahapan gerakan dakwah Ikwanul Muslimin, yaitu:
a. Ta’rif (pengenalan)
b. Takwin (pembentukan)
c. Tanfidz (pelaksanaan)
- Arkan al-Bai’at Hasan al-Banna agar terpelihara dari
perubahan dan penyimpangan, yaitu:
a. Membentuk pribadi Muslim
b. Membentuk Rumah tangga Muslim
c. Membentuk masyarakat Muslim
d. Membebaskan Negara Islam dari semua kekuasaan Asing
e. Menegakkan Negara Islam
f. Mengembalikan eksistensi umat Islam secara Internasional
sehingga tercapainya Khilafah Islamiyah
g. Akhirnya Memimpin dunia melalui penyebaran dakwah Islam
ke segenap penjuru dunia
Persoalan Keempat
- Sampai sekarang Belum Tegaknya Negara Islam. Hal ini
dikarenakan yang ingin dicapai Ikhwanul Muslimin yaitu Negara universal bukan
Negara kecil. Sehingga semua ini memberikan dimensi lain bagi watak pergumulan
antara pembela al-haq dan pembela al-bathil, yang harus diperhitungkan.
- Ikhwan tidak memugar, tetapi mendirikan yang baru
- Perubahan total, kerja Ikhwanul Muslimin terhadap empat
fenomena berikut:
a. Sebagian besar Negara-negara Islam berada di bawah
jajahan militer para musuh Allah
b. Sebagian besar kaum muslimin tidak mengetahui hakekat
agama mereka
c. Semangat jihad fi sabilillah hampir tidak ada
d. Semangat beragama hamper terbatas pada kalangan kaum tua
saja. Inipun dalam bentuknya yang negarif
Persoalan Kelima
- Kembali kepada Sirah Nabawiyah, kembali kepada prinsip,
menanggapi tribulasi dan gangguan dengan bijaksana karena sesungguhnya
tribulasi dan gangguan-gangguan itu bukannya menghancurkan dakwah kita tetapi
merupakan sunnatullah yang berbentuk penggemblengan. Jangan menyalahkan
pemimpin atas terjadinya tribulasi dan ganguan-gangguan tersebut. Karena akan
menimbulkan keraguan dalam jalan dakwah ini.
Persoalan Keenam
- Saku para da’i dan sumber dana Ikhwanul Muslimin berasal
dari para anggota jama’ah yang ikhlas lillahi ta’ala menyerahkannya untuk
kemudahan jalan dakwah Ikhwanul Muslimin. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin, diri, dan harta
mereka dengan memberi surga kepada mereka”(At-Taubah:111)
- Senantiasa menerapkan prinsip Syura (Musyawarah)
- Ikhwanul Muslimin mengasihi dan menghimpun, di samping
mencintai dan bekerja
- Orang-orang Ikhlas karena Allah tidak perlu “berkedok”
- Ikhwanul Muslimin bukan Agent atau antek salah satu
pemerintahan tertentu
Persoalan Ketujuh
- Masih saja muncul pertanyaan dan gugatan sekitar beberapa
masalah yaitu masalah bahwa Ikwanul muslimin mengklaim jama’ah mereka adalah
Jam’aatu Muslimin dan orang-orang di luarnya bukan Muslim. Itu SALAH. Selain
itu juga, Masalah ikhwan dan polotik, masalah ikhwan dengan jama’ah-jama’ah
yang lain, masalah ikhwan yang terlalu mengagungkan iman Hasan al-Banna,
masalah ikhwan dan Tasawuf, masalah ikhwan dan persoalan takfir, masalah ikhwan
dan prinsip salaf, serta masalah ikhtilaf akan ijtihad dari setiap individu,
anggota jama’ah.
BAB IV. DAKWAH FARDIYAH
Tahapan-Tahapan Dakwah Fardiyah
- Tahap Pertama, membina hubungan dan mengenal setiap orang
yang hendak didakwahi
- Tahap Kedua, membangkitkan iman yang mengendap dalam jiwa
- Tahap Ketiga, membantu memperbaiki keadaan dirinya dengan
mengenalkan perkara-perkara yang bernuansa ketaatan kepada Allah dan
bentuk-bentuk ibadah yang diwajibkan.
- Tahapan Keempat, menjelaskan tentang pengertian ibadah
secara syamil (menyeluruh/komprehensif) dan harus memenuhi dua syarat dalam
pelaksanaannya yaitu: niat yang benar (karena Allah) dan menepati syara’
(mengikuti Rasulullah)
- Tahap Kelima, menjelaskan bahwa keberagaman kita tidak
cukup hanya dengan keislaman diri kita sendiri, hanya dengan seorang muslim
yang taat menjalankan kewajiban ritual, berperilaku baik dan tidak menyakiti
orang lain, lalu selain itu tidak ada lagi. (pembicaraan seputar pembangkitan
rasa tanggung jawab terhadap dakwah Islam)
- Tahapan Keenam, menjelaskan bahwa kewajiban di atas tidak
mungkin dapat ditunaikan secara individu
- Tahapan Ketujuh, menjelaskan jama’ah mana yang bagus utuk
mad’u bergabung di dalamnya. Hal ini butuh penjelasan penuh hikmah dan kekuatan
argumentasi serta meyakinkan
Pesan-Pesan Khusus untuk Dakwah Fardiyah:
- Giat dan sungguh-sungguh dalam beramal, melakukan
pengecekan evaluasi secara rutin agar dapat meneruskan perjalanan dakwah dengan
tenang dan sukses
- Mereka yang menjalankan Dakwah Fardiyah sebaiknya
diarahkan dan diberi bimbingan dalam hal metode, pengertian-pengertian, dan
urutan tahapan-tahapan dakwah
- Membantu aktifitas dakwah mad’u
BAB V. QADHAYA ASASIYAH DALAM DAKWAH
Qadhaya Asasiyah (issu-issu dakwah yang bersifat asasi)
dapat membantu membentengi dakwah dan para pembelanya dari penyimpangan,
kemandegan dan keterpecahbelahan. Beberapa qadhiyyah tersebut adalah:
1. Pandangan yang jelas
2. Kesinambungan (Istimrariyah)
3. Pertumbuhan dan Kekuatan
4. Menjaga Orisinalitas
5. Perencanaan dan Pengembangan serta Pembaruan
6. Kesatuan Pandangan
7. Bekerja dalam lapangan dakwah (‘amal shalih)
8. Pewarisan dan Regenerasi yang Mantap
9. Evaluasi
BAB VI. KEZALIMAN
Kezaliman dan para pelakunya
“Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun (kepada
Fir'aun): "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan
di negeri Ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?". Fir'aun
menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup
perempuan-perempuan mereka; dan Sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas
mereka".” (Al-A’raf:127)
“Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu
mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan
Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka
menyesal). (yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari
orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala
hubungan antara mereka terputus sama sekali.Dan berkatalah orang-orang yang
mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan
berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami."
Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi
sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.”
(Al-Baqarah 165-167)
Kezaliman pasti akan berakhir
“Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke
akar-akarnya. segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am:45)
Zhalim dan orang-orang yang dizhalimi
- Bagi orang-orang yang dizhalimi:
a. Ikhlaskan Niat
b. Bersyukur karena mendapat perlakuan zhalim dalam upaya
memperjuangkan agama-Nya
c. Bersabarlah. “Dan sungguh akan kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka Itulah yang
mendapat keberkatan yang Sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka
Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”(Al-Baqarah: 155-157)
d. Selalu ingat bahwa Tribulasi adalah sunnatullah dalam
jalan dakwah
e. Sabar tidak berarti ridha dengan Kezhaliman
f. Berlindung kepada Allah: at-Thalaq:2-4 Az-zumar: 36
At-Taubah:51 Ibrahim 12, 84-86 Ali Imran 172-175 al-Anbiya’:87
g. Hal-hal yang meringankan kepedihan:
• Hadapkan diri dengan Kitabullah, baca dengan khusu’
• Sholat: al-Baqarah:153
• Sering-seringlah berdo’a
• Yakinkan pada diri bahwa apa yang dipilihkan oleh Allah
untukmu itu sungguh-sungguh baik untukmu, walaupun secara lahir nampak buruk
dan tidak disukai oleh jiwamu: Albaqarah:216
• Yakinlah pertolongan Allah selalu ada: Al-Hajj:14
h. Sibukkan diri dengan Kebaikan
i. Waspadalah:
• Jangan sampai karena penyiksaan melontarkan kata-kata
mencaci, melaknat atau bahkan menghukumi orang lain kafir. Tetapi doakan mereka
dengan cara yang baik (al-Hijr:85)
• Jangan sampai menyebut-nyebut kesabaran atau ketegaranmu
dalam menghadapi ujian
• Jangan sampai merasa iri dengan saudara Muslim yang tidak
mendapat penyiksaan dan berhura-hura. Sehingga kita menuduh mereka “Kufur”.
• Jangan sampai merasa bahwa kesabaran dan ketegaran itu
merupakan kemampuanmu dan kehendakmu. Padahal hal itu adalah anugerah dari
Allah. Seharusnya memuji Allah atas Karunia-Nya
• Janganlah merasa puas dan yakin bahwa kamu sudah mencapai
derajat atau tingkatan yang tinggi bila terus mendapat siksaan. Tapi seharusnya
senantiasa mohon perlindungannya
• Waspadalah terhadap ujian atau cobaan yang berupa
kebaikan. Contohnya keselamatan dari penyiksaan dan cobaan nikmat dunia.
BAB VII. AL-QIYADAH WAL JUNDIYAH
Kewajiban ber’amal jama’i
Karakter dakwah Islamiyyah saat ini mewajibkan setiap muslim
bergerak dan berusaha mewujudkan seluruh tuntutan Islam. Setiap muslim wajib
berusaha mewujudkan dan menegakkan Daulah Islamiyyah ‘Alamiyyah, suatu
pemerintahan Islam internasional. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai dengan
Amal Jam’i. Maka Amal Jama’I adalah wajib, sebagaimana kaidah usul fiqh “suatu
yang tidak sempurna pelaksanaannya kecuali dilaksanakn dengan-nya, maka sesuatu
(yang membuat sempurna) itu wajib”. Islam bukan “dien- ndividual” Islam, tapi
Islam adalah ad-dien ummah wahidah, satu tanah air satu tubuh Islam menyeru
pada ke-satu-padu-an kaum muslimin. Allah berfirman;
“dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali (Ad-Dien)
Allah, dan jaganlah bercerai-berai..” (Ali Imran: 103)
Jama’ah Harus Memiliki Manhaj, Pimpinan dan Anggota
Imam Hasan al-Banna mengatakan :
“mengulang kaji seluruh organisasi atau riwayat
bangsa-bangsa, anda akan mendapati bahwa asas keberhasilan, kebangkitan dan
pembangunannya adalah adalah adanya manhaj…”.
Maka, satu jama’ah tidak akan bernilai jika pimpinanan tidak
berwibawa dan tidak ditaati anggotanya dalam persoalan yang ma’ruf, bukan dalam
persoalan yang munkar dan makshiyat.
Pimpinan dalam satu jama’ah, ibarat kepala bagi tubuh.
Pimpinan juga merupakan lambang kekuatan, persatuan, keutuhan dan disiplin
shaff. Persatuan adalah lambang kekuatan, namun pimpinan tiak boleh hanya
sebatas lambang. Maka, pimpinan memerlukan kemampuan, kelayakkan dan keprimaan.
Selain itu pimpinan tidak boleh bertindak secara inkonstitusional, ia harus
tunduk pada ketentuan jama’ah. Kita harus berhati-hati dalam memilih pimpinan.
Jangan memilih pimpinan secara pilih-kasih dan kong kali-kong-(Hadis dari Ibnu
Abbas, riwayat al-Hakam dan disahkan oleh Syuyuthi), selanjutnya tidak boleh
memberikan jabatan/amanah pada orang yang memintanya- (Hadis dari Abu Musa,
riwayat Syaikhan, abu Daud dan Nasa’I).
Sebagaimana dalam Sirah Rasulullah, tampak jelas bahwa
beliau mendidik dan membina generasi muslim pertama dengan ajaran Al-Qur’an.
Mereka menjadi tiang-pondasi kuat bagi Daulah Islamiyyah di Madinah. Nabi
mempersatukan kaum muslim dalam ikatan “persaudaraan “ se-Aqidah-Islam.
Tajjarut----Ta’rief----Tanfidz.
ATURAN DAN ADAB PERGAULAN PIMPINAN DAN ANGGOTA
Saling menghormati dan Menghargai
Sebagaimana hadits Nabi SAW;
“Barang siapa taat pada-ku maka dia taat pada Allah, dan
barang siapa durhaka pada-ku maka dia durhaka pada Allah. Dan barang siapa taat
pada amir maka ia taat pada-ku, dan barang siapa durhaka pada amir maka ia
durhaka pada-ku”
Adab Pergaulan dan Komunikasi
Menghindari perkataan yang menyinggung hati, berburuk sangka
dan tidak pantas. Katankanlah yang benar namun dengan cara yang ma’ruf.
Saling Mempercayai dan Berbaik Sangka
Allah berfirman; “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
dari banyak berprasangka. Sungguh sebagian prasangka itu dosa, dan jaganlah
kamu mencari-cari kesalahan, jagan menggunjing sebagian yang lain. Sukakah kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu merasa jijik atas
hal itu. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha penerima taubat
lagi maha penyayang.” (Al-Hujurat : 12)
Saling Menasehati
Rasul bersabda; “Ad-dien adalh nasihat. Kami bertanya,
“untuk siapa”? Rasulullah menjawab, “bagi Allah, Rasul-Nya, Kitab-nya
pemimpin-pemimpin kaum Muslimin dan orang-orang awam.
Saling Mencintai dan Bersaudara
Firman Allah; “dan katakanlah pada hamba-hamba-Ku, hendaknya
mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesunguhnya syaitan
adalah penimbul perselisihan di antara mereka. Sungguh syaitan adalah musuh
yang nyata bagimu”. (Al-Isra : 53)
Mempererat Hubungan antara Pimpinan dan anggota
Tali hubungan/komunikasi laksana urat syaraf dalam tubuh.
Bila mekanisme komunikasi lumpuh, maka amal jama’ah akan terganggu, malah akan
melumpuhkan seluruh gerakkan.
Hal pergantian Pimpinan
Beramal jama’ah dalm tingkatan apapun adalah ibadah pada
Allah. Tidak boleh merasa berat untuk beramal dan bergerak dibawah pimpinan dan
komando yang baru. Setiap anggota jama’ah harus siap dan selalu mempersiapkan
diri untuk mengemban amnah menjadi pimpinan tatkala tiba waktunya.
Tunduk pada Hukum Allah dan Rasul-Nya
Sangat jelas sebagaimana dalam Al-Qur’an :An-nisa ayat 59,
65 dan Al-Ahzab ayat 36).
Mengkaji berbagai Harokah dan membina pengalaman
Pimpinan dan anggota harus bersama-sama memperbaiki (islah)
gerakan dan hendaknya mengkaji sejarah pergerakan Islam yang lain. Selalu
mengambil segi positif dan meninggalkan ke-mudlaratan bagi jama’ah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar