Tarhib
Ramadhan
By:
Rudifillah El karo
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ
اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Segala puji bagi Allah, kita
memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita
berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita.
Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang
menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya
baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad
adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada
Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk
hingga hari kiamat.
Ikhwafillah Rahimakumullah,..
Sebentar lagi kita akan menyambut
bualan Ramadhan. Bulan yang Allah muliakan Diantara bulan-bulan lainnya. Bulan
yang penuh dengan Keberkahan, Penuh dengan pengampunan dari Allah. Dimana
kemuliaan bulan ini setidaknya Rasulullah sampaikan pada hadits berikut ini:
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:
Adalah Rasulullah SAW memberi khabar
gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, "Telah datang kepadamu
bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa
didalamnya; pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup
dan para setan diikat; juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik
daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak
memperoleh apa-apa'." (HR. Ahmad dan An-Nasa'i)
Dari Ubadah bin AshShamit, bahwa Rasulullah bersabda:
"Telah datang kepadamu
bulan Ramadhan, bulan keberkahan, AIlah mengunjungimu pada bulan ini dengan
menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do'a. Allah melihat
berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakanmu kepada para
malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu.
Karena orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan
ini. " (HR.Ath-Thabrani, dan para periwayatnya terpercaya).
Al-Mundziri berkata: "Diriwayatkan
oleh An-Nasa'i dan Al-Baihaqi, keduanya dari Abu Qilabah,
dari Abu Hurairah, tetapi setahuku dia
tidak pemah mendengar darinya."
Kutamaan Membaca Al Qur’an di Bulan Ramadhan
Adalah ditekankan bagi seorang muslim
yang mengharap rahmat Allah dan takut akan siksa-Nya untuk memperbanyak membaca
Al-Qur'anul Karim pada bulan Ramadhan dan buian-bulan lainnya untuk mendekatkan
diri kepada Allah Ta'ala, mengharap ridha-Nya, memperoleh keutamaan dan
pahala-Nya. Karena Al-Qur'anul Karim adalah sebaik-baik kitab, yang diturunkan
kepada Rasul termulia, untuk umat terbaik yang pernah dilahirkan kepada umat
manusia; dengan syari'at yang paling utama, paling mudah, paling luhur dan
paling sempurna.
Al-Qur'an diturunkan untuk dibaca oleh
setiap orang muslim, direnungkan dan dipahami makna, perintah dan larangannya,
kemudian diamalkan. Sehingga ia akan menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhannya
dan pemberi syafa'at baginya pada hari Kiamat.
Allah telah menjamin bagi siapa yang
membaca Al-Qur'an dan mengamalkan isi kandungannya tidak akan tersesat di dunia
dan tidak celaka di akhirat, dengan firmanNya "
Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan
celaka. " (Thaha:123),
Janganlah seorang muslim memalingkan
diri dari membaca kitab Allah, merenungkan dan mengamalkan isi kandungannya.
Allah telah mengancam orang-orang yang memalingkan diri darinya dengan
firman-Nya :
"Barangsiapa berpaling
dari Al-Qur'an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari
Kiamat. " (Thaha : 100),
"Dan barangsiapa berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. " (Thaha:
124),
Maka bersungguh-sungguhlah -semoga
Allah menunjuki Anda kepada jalan yang diridhaiNya untuk mempelajari
Al-Qur'anul Karim dan membacanya dengan niat yang ikhlas untuk Allah Ta'ala.
Bersungguh-sungguhlah untuk mempelajari maknanya dan mengamalkannya, agar
mendapatkan apa yang dijanjikan Allah bagi para ahli Al-Qur'an berupa keutamaan
yang besar, pahala yang banyak, derajat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi.
Para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dahulu jika mempelajari
sepuluh ayat dari Al-Qur'an, mereka tidak melaluinya tanpa mempelajari makna
dan cara pengamalannya.
Dan perlu Anda ketahui, bahwa membaca
Al-Qur'an yang berguna bagi pembacanya, yaitu membaca disertai merenungkan dan
memahami maknanya, perintah-perintahnya dan larangan-larangannya. Jika ia
menjumpai ayat yang memerintahkan sesuatu maka ia pun mematuhi dan
menjalankannya, atau menjumpai ayat yang melarang sesuatu maka iapun
meninggalkan dan menjauhinya. Jika ia menjumpai ayat rahmat, ia memohon dan
mengharap kepada Allah rahmat-Nya; atau menjumpai ayat adzab, ia berlindung
kepada Allah dan takut akan siksa-Nya.
Al-Qur'an itu menjadi hujjah bagi orang yang merenungkan dan mengamalkannya;
sedangkan yang tidak mengamalkan dan memanfaatkannya maka Al-Qur'an itu menjadi
hujjah terhadap dirinya (mencelakainya).
Firman Allah Ta 'ala :
"lni adalah sebuah kitab
yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan
ayat-ayat-Nya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapatkan
pelajaran." (Shad: 29).
Bulan Ramadhan memiliki kekhususan
dengan Al-Qura'nul Karim, sebagaimana firman Allah :
"Bulan Ramadhan, yang di
dalamnya diturunkan permulaan Al-Qur'an ...
"(Al-Baqarah: 185).
Dan dalam hadits shahih dari Ibnu
Abbas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertemu dengan Jibril pada bulan
Ramadhan setiap malam untuk membacakan kepadanya Al-Qur'anul Karim.
Hal itu menunjukkan dianjurkannya
mempelajari Al-Qur'an pada bulan Ramadhan dan berkumpul untuk itu, juga
membacakan Al-Qur'an kepada orang yang lebih hafal. Dan juga menunjukkan
dianjurkannya memperbanyak bacaan Al-Qur'an pada bulan Ramadhan.
Tentang keutamaan berkumpul di masjid-masjid
untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda :
"Tidaklah berkumpul suatu kaum
di salah satu rumah Allah seraya membaca kitab Allah dan mempelajarinya di
antara mereka, kecuali turunlah ketenangan atas mereka, serta mereka diliputi
rahmat, dikerumuni para malaikat dan disebut-sebut oleh Allah kepada para malaikat
di hadapan-Nya. " (HR. Muslim).
Dalam hadits Ibnu Abbas di atas
disebutkan pula mudarasah antara Nabi dan Jibril terjadi pada malam hari. Ini
menunjukkan dianjurkannya banyak-banyak membaca Al-Qur'an di bulan Ramadhan
pada malam hari, karena malam merupakan waktu berhentinya segala kesibukan,
kembali terkumpulnya semangat dan bertemunya hati dan lisan untuk merenungkan.
Seperti dinyatakan dalam firman Allah :
"Sesungguhnya bangun di
waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu '), dan bacaan di waktu itu lebih
berkesan. "(Al-Muzzammil: 6).
Disunatkan membaca Al-Qur'an dalam
kondisi sesempurna mungkin, yakni dengan bersuci, menghadap kiblat, mencari
waktu-waktu yang paling utama seperti malam, setelah maghrib dan setelah fajar.
Boleh membaca sambil berdiri, duduk,
tidur, berjalan dan menaiki kendaraan. Berdasarkan firman Allah :
"(Yaitu) orang-orang
yang dzikir kedada Allah sambil berdiri, atau duduk, atau dalam keadaan
berbaring... "(A1'Imran: 191).
Sedangkan Al-Qur'anul Karim merupakan
dzikir yang paling agung.
Kadar Bacaan Al
Qur’an yang Disunnahkan
Disunatkan mengkhatamkan Al-Qur'an setiap minggu, dengan
setiap hari' membaca sepertujuh dari Al-Qur'an dengan melihat mushaf, karena
melihat mushaf merupakan ibadah. Juga mengkhatamkannya kurang dari seminggu
pada waktu-waktu yang mulia dan di tempat-tempat yang mulia, seperti: Ramadhan,
Dua Tanah Suci dan sepuluh hari Dzul Hijjah karena memanfaatkan waktu dan
tempat. Jika membaca Al-Qur'an khatam dalam setiap tiga hari pun baik, berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada Abdullah bin Amr :
"Bacalah Al-Qur'an itu dalam setiap tiga hari "( Lihat kitab Fadhaa'ilul qur'an, oleh Ibnu Katsir, him. 169-172 dan Haasyiatu Muqaddimatit Tafsiir, oleh Ibnu Qaasim, hlm. 107.)
Dan makruh menunda khatam Al-Qur'an lebih dari empat puluh hari, bila hal tersebut dikhawatirkan membuatnya lupa. Imam Ahmad berkata : "Betapa berat beban Al-Qur'an itu bagi orang yang menghafalnya kemudian melupakannya."
Dilarang bagi yang berhadats kecil maupun besar menyentuh mushaf, dasarnya firman Allah Ta 'ala :
"Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. "(Al-Waqi'ah: 79).
Dan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wassallam :
"Tidak dibenarkan menyentuh Al-Qur'an ini kecuali orang yang suci. " (HR. Malik dalam Al-Muwaththa,Ad-Daruquthni dan lainnya)" (Hai ini diperkuat hadits Hakim bin Hizam yang lafazhnya: "Jangan menyentuh Al-qur'an kecuali jika kamu suci." (HR. Ath-Thabrani dan Al-Hakim dengan menyatakannya shahih).
Asy-Syathibi dalam kitab Al-Muwaafaqaat mengatakan :
"Sudah menjadi kesepakatan bahwa kitab yang mulia ini adalah syari'at yang
sempurna, sendi agama, sumber hikmah, bukti kerasulan, cahaya penglihatan dan
hujjah. Tiada jalan menuju Allah selainnya, tiada keselamatan kecuali dengannya
dan tidak ada yang dapat dijadikan pegangan sesuatu yang menyelisihinya. Kalau
demikian halnya, mau tidak mau bagi siapa yang hendak mengetahui keuniversalan
syariat, berkeinginan mengenal tujuan-tujuannya serta mengikuti jejak para
ahlinya harus menjadikannya sebagai kawan bercakap dan teman duduknya sepanjang
siang dan malam dalam teori dan praktek; maka dekat waktunya ia mencapai tujuan
dan menggapai cita-cita serta mendapati dirinya termasuk orang-orang pendahulu,
dan dalam rombongan pertama jika ia mampu. Dan tidaklah mampu atas hal itu
kecuali orang yang senantiasa menggunakan apa yang dapat membantunya, yaitu
sunnah yang menjelaskan kitab ini. Selainnya, adalah ucapan para imam terkemuka
dan salaf pendahulu yang dapat membimbingnya dalam tujuan yang mulia ini."
( Lihat AI Muwafaqaat, oleh Asy-Syathibi, 31224.) "Tidak dibenarkan menyentuh Al-Qur'an ini kecuali orang yang suci. " (HR. Malik dalam Al-Muwaththa,Ad-Daruquthni dan lainnya)" (Hai ini diperkuat hadits Hakim bin Hizam yang lafazhnya: "Jangan menyentuh Al-qur'an kecuali jika kamu suci." (HR. Ath-Thabrani dan Al-Hakim dengan menyatakannya shahih).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar