Senin, 10 Agustus 2015

Jangan Nikahi Khayalanmu!

Jangan Nikahi Khayalanmu!
By: Rudyfillah el Karo



Pernah suatu hari seorang ikhwan mendatangi saya, beliau berkata "Sebulan lagi saya akan menikah, tapi saya belum berani menumbuhkan perasaan cinta di dalam hati saya, bahkan saya masih ketakutan dengan niat penikahan saya. apakah saya salah?"

Mendengar pertanyaan unik ini, saya mengernyitkan dahi. Setahu saya lelaki ini adalah orang yang sangat menjaga amalannya, menjaga kehormatan dirinya dan hijabnya dengan akhwat yang berinteraksi dengannya. Saya merasa aneh, mengapa bliau belum berani menumbuhkan cinta pada wanita yang sudah dita'arufkan dengannya dan sudah disetujui untuk dinikahi. Bahkan tinggal menunggu hari.

Saya balik bertanya : "Kenapa antum bicara demikian akhi?"

Jawab beliau : "Aku mendengar dari sahabat-sahabatnya tentang calon istri saya, mereka berkata kalau si akhwat ini adalah wanita yang rajin ibadahnya, terjaga hijabnya, Tilawah minimal 1 Juz sehari, bicaranya sopan, dan pandai merawat diri dan Rumah tangga."

Saya semakin bingung dengan jawaban bliau..
"Bukankah itu ciri wanita idaman akhi?, kenapa antm tidak berani mencintainya?"

Jawab beliau : "Saya takut kalau saya Menikah dengan angan-angan saya, Mecincintai orang yang sudah saya lukiskan sebagai wanita sempurna dalam berkeluarga, namun ketika saya menikah dan ternyata dia tidak sebaik itu, akhirnya saya kecewa dan cinta saya kandas di tengah jalan"

Saya tersenyum mendengar jawaban bliau, seraya berkata. "Mohonlah perlindungan dari Allah, minta agar dikaruniakan Cinta yang tulus dan hanya karena kecintaan padaNya".

Dalam beberapa kasus, banyak orang yang ketika hendak menikah memberikan standar terlalu tinggi pada calon pasangannya. Dengan asumsi menikahi seorang perempuan berjilbab syar'i atau aktivis dakwah berarti urusan rumah tangga jadi beres. Mestinya istri itu bisa masak, terampil mengurus rumah, ibadahnya oke, pintar melayani suami, sabar, rajin, lembut, nyambung diajak diskusi, pandai ngambil hati mertua. Sehingga akhirnya ketika pasasangannya tidak pandai masak atau sejenisnya dia menjadi kecewa berat. Ini adalah Idealisme yang perlu diperbaiki.

Memiliki Idealisme dalam memilih pasangan hidup itu sah-sah saja. Dengan membuat standart calon pasangan hidup. Namun, jangan sampai itu menjadi racun dalam diri kita, jadikanlah itu sebagai motivasi dalam memperbaiki diri. Dengan keyakinan Allah akan hadiahkan pasangan terbaik jika diri kita baik dalam menghambakan diri pada Allah.

Idealisme terbaik adalah idealisme yang diperjuangkan dengan memperbaiki diri terlebih dahulu, dilanjutkan dengan memperbaiki pasangan kelak dan orang-orang terdekat kita. Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisaa' ayat 123:

"Pahala dari Allah itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak pula menurut angan-angan ahli kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan niscaya akan diberi balasan dengan kejahatan itu dan dia tidak mendapat pelindung dan tidak pula penolong baginya selain Allah."

Rumah tangga bahagia yang bernuansa syurgawi adalah impian setiap manusia. Namun, dia akan tetap menjadi mimpi dan angan-angan jika tanpa perjuangan untuk memperolehnya, baik perjuangan dari pihak lelaki maupun perempuan. Karena sejatinya cinta itu adalah tentang bagaimana kita menjadikan Pasangan Hidup kita menjadi yang paling sempurna di dunia dan akhirat.

Karena rumah tangga yang sakinah itu ada karena dibangun bukan diperoleh tanpa kerja keras. Setiap insan mempunyai hati yang berbeda sebaik apapun amalannya, maka diperlukan penyesuaian dalam membangun keluarga yang syurgawi.

Ingatlah selalu bahwa kita menikahi pasangan kita dengan segala apa yang ada pada dirinya berupa kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya untuk disyukuri, kekurangannya menjadi ladang jihad kita untuk memperbaikinya karena Allah. Dengan begitu kita tidak akan mudah kecewa terhadap segala kekurangan yang terdapat pada pasangan kita.

Pasangan yang berpredikat  terbaik adalah yang memuliakan pasangan. Yang selalu dan selalu mengukirkan senyuman di wajah pasangannya. Suami menjadi qawwam istrinya. Suami tangguh mencarikan nafkah halal untuk keluarga. Dan Istri menjadi penawar dalam semua kelelahan suaminya. Mengingatkannya ketika salah.

Pasangan yang berpredikat  terbaik bukanlah yang banyak menuntut dari pasangannya, memintanya harus sesuai dengan angan-angan dan Idealisme yang dia bawa sejak lajang.

Wallahu'alam,..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar