Senin, 13 Oktober 2014

Merajut Mimpi dalam Persahabatan,..

Subhanallah, langit begitu cerah bulan memancarkan sinar putih benderang seakan ada sinar lain yang menutupi sinar bulan, mungkin  ini cahaya para malaikat yang turun kebumi untuk menyaksikan mereka yang shalat subuh?
Abu Hurairah berkata, "Saya mendengar Rasulullah bersabda,.. 'Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).”
Entahlah, tetapi ini terjadi setiap kami berangkat sholat ke Masjid sampai kami kembali dari Masjid. Jarak antara kost ke mesjid yang mencapai 500 mtr membuat pemanadangan ini harus dinikmati setiap pagi.
“Akh, apa menu kita hari ini?”
“Hmm, apa ya akhi?, sepertinya krisis moneter belum menjauh akh”. Kata Abu Naufa sambil mengeluarkan uang lima ribuan.
“Kas Negara tinggal ini sampai 4 hari kedepan,” lanjut bliau sambil tersenyum.
“Nasib negara kita sama akh, ana juga tinggal lima ribu” ucap saya penuh senyum sambil menepuk bahunya.
“Hmm, Begini saja akhi, beras yang kita bawa dari kampung kemarin kan masih ada, kita kumpulin uang kita beli indomie 8 bungkus, kita masak 2 bungkus perhari, gimana?”
“Subhanallah, cocok. Do’akan saja dalam 4 hari ini tidak ada tugas kuliah yang membutuhkan biaya.”
“Aamiin”. Dengan kompak kami menjawab sambil tertawa. Meski mungkin dalam hati terdendang nyanyian “Dua Wajah” Milik maidany.
….Kawan, mungkin engkau lihat dia selalu tersenyum padamu.
Namun di balik riangnya ternyata ia menyimpan duka yang pilu….
Menjadi pemimpi bukanlah perkara mudah, namun bukan mustahil bila mimpi adalah asa. Namun, walau mimpi enggan menjadi nyata bukan berarti itu adalah sia-sia. Karena Allah menawarkan mimpi yang sempurna di SyurgaNya bagi mereka yang bersyukur. Mensyukuri nikmat ada dua macam, wajib dan sunnah. Syukur yang wajib yaitu setiap hari menggunakan seluruh anggota badan untuk menunaikan kewajiban, dan tidak digunakan untuk yang haram. Syukur yang sunnah yaitu melaksanakan hal-hal yang sunnah setelah yang wajib. Syukur yang sunnah bisa diwakili hanya dengan mengerjakan sholat dhuha dua rakaat.
Masih ada beberapa jam sebelum berangkat kuliah, untungnya semua tugas sudah kelar tadi malam. Beberapa teman 1 kelas datang untuk melaksanakan diskusi dalam kamar kost, akhirnya tugasnya kelar juga. Masing-masing meraka mengeluarkan pendapat sesuai keahlian masing-masing, sehingga soal yang rumit menjadi lebih mudah.
Waktunya kembali menyapa beberapa perlengkapan yang akan menemani ke Kampus, masing-masing dari mereka juga punya sejarah sendiri. Sepatu yang agak kusam, dibeli saat pulang kampung bersama Abu Naufa dari sisa-sisa uang jajan. Tapaknya sudah mangkir dari kesatuanya namun masih bertahan karena diikat dengan kawat. Ini merupakan bukti perjuangan selama 3 hari  ketika melaksanakan Latsar, 3 hari tanpa tenda serta tanpa ganti sepatu dan baju. Subhanallah, semangat jihad yang tertanam masih membara hingga detik ini. Hari ini ia akan ditemani tas dan baju yang memiliki nasib kurang lebih sama. Untungnya setiap bulan ada bea siswa yang menyambangi, sehingga selalu ada sisa jajan untuk mencari pengganti mereka. Lebih beruntung lagi karena masih ada Dana yang selalu siap memberikan bantuan makanan kalau lagi krisis gini. Semoga Allah akan membalas semua kebaikan bliau..

                                                   *        *          *
Debur ombak kembali memecah hening, merajut nyanyian dengan irama nan eksotis bersama kumandang adzan Magrib.
“Pak, hari ini kita lembur?.”
“Yap, hari ini yang masuk malam akan masuk sampai jam 1 malam, proyek kita sedang kejar target” Jawab saya setengah sadar dari lamunan.
Tak terasa sudah satu tahun bekerja, tepat setahun lalu suasana gembira menyelimuti hati. Tak henti-hentinya rasa syukur di ucapkan. Sambil senyum bangga ayah berkata “Inilah yang disebut dengan memotong pohon besar dengan belati”.

Yap, mungkin ada benarnya. Intinya selalu ada jalan yang allah berikan bagi mereka yang bersungguh-sungguh. Insyallah,..

Untuk Sahabatku :
Ramadana Tarigan dan Jimmi Kardo Sitepu

~Rudyfillah el Karo~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar