Senin, 13 Oktober 2014

Salahkah jika aku jatuh cinta? (1)



Kata-kata cinta terkadang menjadi hal yang sangat tabu bagi para aktivis dakwah kampus. Karena biasanya kata jatuh cinta itu diidentikkan dengan berbuat maksiat, menjauhkan dari Allah dan berfikir negatif. Atau lebih ekstrim jatuh cinta identik dengan “selingkuh sebelum menikah”. Untuk itu kajian mengenai masalah ini sangat perlu terutama bagi para penerus dakwah kampus, sehingga kelak mereka faham dan dapat terus menjaga diri dari VMJ (virus merah jambu) sebelum masanya tiba.
            Pertama kali lahir ke dunia kita sudah diperkenalkan Allah dengan cinta kepada ayah dan ibu kita. Namun kemudian kita tidak pernah mengatakannya jatuh cinta padahal kita merasakannya sampai di akhir hayat kita.
Saat-saat remaja dan dewasa awal adalah saat mengenal cinta lain yang begitu rentan untuk disusupi setan. Gadis bertemu jejaka. Pandang mata melahirkan suka. Interaksi demi Interaksi melahirkan cinta.“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”[Ali Imron: 14]
Cinta kepada lawan jenis kita adalah fithrah setiap manusia. Perasaan ini tak bisa kita tolak bagaimana pun juga. Cinta ini termasuk cinta fithri jibili.
Abu Muhammad bin Hazm berkata, “Ada seorang laki-laki berkata kepada Amirul Mukminin, Umar bin Al-Khattab, ‘Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya saya melihat seorang wanita lalu saya sangat cinta kepadanya.’ Umar berkata, ‘Itu adalah sesuatu yang tak bisa dibendung’.”
Rasa cinta terhadap lawan jenis adalah hal yang biasa, namun hal ini harus segera diakhiri dengan pernikahan karena sesungguhnya cinta itu ibarat pisau yang bermata dua. Jika belum mampu menjalaninya, maka alternatif terbaik adalah menjaga pergaulan dan menyibukkan diri dengan kegiatan yang positif, menundukkan pandangan, berpuasa atau menuntut ilmu.
Rasa cinta kepada lawan jenis seringkali menggiring manusia ke jalan yang diharamkan Allah SWT. Dan jika cinta sampai mencengkram hati seseorang maka akan sangat sulit sekali lepas darinya. Cinta dapat menjadi penjara bagi setiap langkah seseorang, enggan  jauh dari si dia bahkan untuk keluar dari kota dimana si pujaan hati berada pun hati tidak ridho. Namun ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk melepaskan hati dari jeratannya:
1.     Menikah
Menikah adalah alternatif terbaik yang bisa dilakukan jika sudah memadai dari segi ilmu, usia dan kemampuan. Rasul pernah bersabda: “Aku tidak melihat sesuatu yang lebih baik bagi dua orang yang saling mencintai seperti menikah.” [Riwayat Ibnu Majah]. Pilihan ini adalah pilihan yang  terbaik dari semua pilihan yang ada.
2.     Menghentikannya sebelum menjadi bencana.
“Dan janganlah kamu mendekati zina.”[Al Isra’: 32]. Timbulnya rasa cinta akan mengawali beberapa fase yang akan terus berlanjut. Oleh karena itu, seseorang harus memupus bisikan hati, pikiran, mimpi kosong, angan-angan selangit demi menutup celah bagi keburukan yang besar. Caranya adalah dengan menyibukkan hati dengan pikiran yang tinggi, harapan yang besar dan aktivitas yang agung seperti pekerjaan dakwah. Jika terus dibiarkan rasa cinta itu akan terus menguat dan pada akhirnya berujung pada hilangnya kesejukan hati dalam beribadah.
3.     Intropeksi.
Tanyakan hati kenapa kita harus jatuh cinta. Kemudian lihat kelemahan yang ada pada diri kita seperti usia yang masih muda, pengetahuan yang masih minim, penghasilan yang belum ada, kuliah yang masih panjang. Dan sadarilah bahwa terlalu dini jika harus terlibat dengan ungkapan-ungkapan cinta padahal si dia tidak akan bisa didapatkan untuk saat sekarang.
4.     Cari kesibukan yang banyak.
Suatu hal yang besar akan nampak kecil jika  dihadapkan dengan hal yang lebih besar lagi. Jika rasa cinta dapat diimbangi dengan kesibukan yang positif maka akan lebih baik daripada sibuk dengan memikirkan ganjalan yang ada pada hati. Membuka mata dengan hal-hal yang baru akan menjadi obat terbaik untuk melupakan perasan yang bersarang dihati.
5.     Rasakan kebesaran Allah.
Rasakanlah keagungan Allah SWT. Dia melihat kita, dan anggota tubuh kita menjadi saksi pemberat bagi kita di hadapan Allah.
Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. [Al Qiyamah: 13]
Maka jangan sampai kita gunakan anggota tubuh kita untuk bermaksiat kepada Allah.
“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.” [Fushilat: 20]

            Poin terpenting terakhir adalah bagaimana kita menanggapi rasa yang ada di hati karena; Paling kuat tali hubungan keimanan ialah cinta karena Allah dan benci karena Allah. (HR. Ath-Thabrani). Berhati-hatilah karena ia dapat hadir kapan saja. Persiapkanlah dengan matang. Wallahu a’lam bi showab.rd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar