Kata-kata cinta terkadang menjadi hal yang sangat tabu bagi para aktivis dakwah kampus. Karena biasanya kata jatuh cinta itu diidentikkan dengan berbuat maksiat, menjauhkan dari Allah dan berfikir negatif. Atau lebih ekstrim jatuh cinta identik dengan “selingkuh sebelum menikah”. Untuk itu kajian mengenai masalah ini sangat perlu terutama bagi para penerus dakwah kampus, sehingga kelak mereka faham dan dapat terus menjaga diri dari VMJ (virus merah jambu) sebelum masanya tiba.
Pertama kali
lahir ke dunia kita sudah diperkenalkan Allah dengan cinta kepada ayah dan ibu
kita. Namun kemudian kita tidak pernah mengatakannya jatuh cinta padahal kita
merasakannya sampai di akhir hayat kita.
Saat-saat
remaja dan dewasa awal adalah saat mengenal cinta lain yang begitu rentan untuk
disusupi setan. Gadis bertemu jejaka. Pandang mata melahirkan suka. Interaksi
demi Interaksi melahirkan cinta.“Dijadikan indah pada
pandangan manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik.”[Ali Imron: 14]
Cinta
kepada lawan jenis kita adalah fithrah setiap manusia. Perasaan ini tak bisa
kita tolak bagaimana pun juga. Cinta ini termasuk cinta fithri
jibili.
Abu
Muhammad bin Hazm berkata, “Ada
seorang laki-laki berkata kepada Amirul Mukminin, Umar bin Al-Khattab, ‘Wahai
Amirul Mukminin, sesungguhnya saya melihat seorang wanita lalu saya sangat
cinta kepadanya.’ Umar berkata, ‘Itu adalah sesuatu yang tak bisa dibendung’.”
Rasa
cinta terhadap lawan jenis adalah hal yang biasa, namun hal ini harus segera
diakhiri dengan pernikahan karena sesungguhnya cinta itu ibarat pisau yang
bermata dua. Jika belum mampu menjalaninya, maka alternatif terbaik adalah
menjaga pergaulan dan menyibukkan diri dengan kegiatan yang positif,
menundukkan pandangan, berpuasa atau menuntut ilmu.
Rasa
cinta kepada lawan jenis seringkali menggiring manusia ke jalan yang diharamkan
Allah SWT. Dan jika cinta sampai mencengkram hati seseorang maka akan sangat
sulit sekali lepas darinya. Cinta dapat menjadi penjara bagi setiap langkah
seseorang, enggan jauh dari si dia
bahkan untuk keluar dari kota
dimana si pujaan hati berada pun hati tidak ridho. Namun ada beberapa hal yang
dapat kita lakukan untuk melepaskan hati dari jeratannya:
1. Menikah
Menikah adalah alternatif
terbaik yang bisa dilakukan jika sudah memadai dari segi ilmu, usia dan
kemampuan. Rasul pernah bersabda: “Aku tidak melihat
sesuatu yang lebih baik bagi dua orang yang saling mencintai seperti menikah.” [Riwayat
Ibnu Majah]. Pilihan ini adalah pilihan yang
terbaik dari semua pilihan yang ada.
2. Menghentikannya sebelum menjadi bencana.
“Dan
janganlah kamu mendekati zina.”[Al Isra’: 32]. Timbulnya
rasa cinta akan mengawali beberapa fase yang akan terus berlanjut. Oleh karena
itu, seseorang harus memupus bisikan hati, pikiran, mimpi kosong, angan-angan
selangit demi menutup celah bagi keburukan yang besar. Caranya adalah dengan
menyibukkan hati dengan pikiran yang tinggi, harapan yang besar dan aktivitas
yang agung seperti pekerjaan dakwah. Jika terus dibiarkan rasa cinta itu akan
terus menguat dan pada akhirnya berujung pada hilangnya kesejukan hati dalam
beribadah.
3. Intropeksi.
Tanyakan hati kenapa kita
harus jatuh cinta. Kemudian lihat kelemahan yang ada pada diri kita seperti
usia yang masih muda, pengetahuan yang masih minim, penghasilan yang belum ada,
kuliah yang masih panjang. Dan sadarilah bahwa terlalu dini jika harus terlibat
dengan ungkapan-ungkapan cinta padahal si dia tidak akan bisa didapatkan untuk
saat sekarang.
4. Cari kesibukan yang banyak.
Suatu hal yang besar akan
nampak kecil jika dihadapkan dengan hal
yang lebih besar lagi. Jika rasa cinta dapat diimbangi dengan kesibukan yang
positif maka akan lebih baik daripada sibuk dengan memikirkan ganjalan yang ada
pada hati. Membuka mata dengan hal-hal yang baru akan menjadi obat terbaik
untuk melupakan perasan yang bersarang dihati.
5. Rasakan kebesaran Allah.
Rasakanlah keagungan
Allah SWT. Dia melihat kita, dan anggota tubuh kita menjadi saksi pemberat bagi
kita di hadapan Allah.
Pada
hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang
dilalaikannya. [Al Qiyamah: 13]
Maka
jangan sampai kita gunakan anggota tubuh kita untuk bermaksiat kepada Allah.
“Sehingga
apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka
menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.” [Fushilat:
20]
Poin terpenting
terakhir adalah bagaimana kita menanggapi rasa yang ada di hati karena; Paling
kuat tali hubungan keimanan ialah cinta karena Allah dan benci karena Allah.
(HR. Ath-Thabrani). Berhati-hatilah karena ia dapat hadir kapan saja.
Persiapkanlah dengan matang. Wallahu a’lam bi showab.rd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar