Rabu, 23 Desember 2015

Mukmin yang Bermanfaat Bagi Orang Lain

Mukmin yang Bermanfaat Bagi Orang Lain
By: Rudifillah el karo.


Ikhwafillah Rahimakumullah, Rasulullah SAW pernah bersabda :

عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »

Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman:

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS. Al-Isra:7)

Menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain haruslah menjadi karakter seorang Mukmin, apalagi para pejuang dakwah. Sering kita melihat benda yang kita anggap menjijikkan, namun ternyata memiliki manfaat yang besar. Lalu apakah kita sebagai manusia sudah bisa memberikan manfaat kepada manusia lainnya?. Ataukah sebaliknya? kita hanya menjadi makhluk yang menyebabkan kerusakan bagi manusia lainnya. Patutlah kita merenungkan diri kita, jika hidup kita saat ini belum atau tidak sama sekali memberikan manfaat bagi manusia lainnya, maka jelaslah bahwa diri kita saat ini lebih buruk dari debu, bahkan lebih buruk dari kotoran binatang ternak.

Dari Abu Musa Al Asy’ariy ra dari Nabi Muhammad saw bersabda: "Orang mukmin itu
bagi mukmin lainnya seperti bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.
Kemudian Nabi Muhammad menggabungkan jari-jari tangannya. Ketika itu Nabi
Muhammad duduk, tiba-tiba datang seorang lelaki yang meminta bantuan. Nabi
hadapkan wajahnya kepada kami dan bersabda: Tolonglah maka kamu mendapatkan
pahala, dan Allah putuskan lewat lesan Nabi-Nya apa yang dikehendaki." (HR. Al
Bukhariy, Muslim, dan An Nasa’iy)

Dari hadits diatas tampaklah bahwa seorang mukmin dengan mukmin lainnya itu seperti bangunan yang saling menopang antara satu dengan lainnya, saling menguatkan dan saling memberikan dukungan. Inilah penjelasan tentang kemiripan situasi kaum mukminin yang saling menguatkan. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa siapapun yang ingin membuat penjelasan lebih detail dalam berbicara dapat diperagakan dengan gerakan agar lebih berkesan dalam hati.

Ketika itu Nabi Muhammad duduk, tiba-tiba datang seorang lelaki yang meminta bantuan. Rasulullah saw menghadapkan wajah mulianya kepada kami, lalu bersabda: اشفع إ tolonglah keperluan orang yang meminta bantuan ini, dengan kebaikan, maka تؤجر أ kalian akan mendapatkan balasan. Firman Allah:

"Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. dan barangsiapa memberi syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. An Nisa’ :85)

At Thabraniy meriwayatkan dengan sanad shahih dari Mujahid; berkata: "ayat di atas berbicara tentang tolong menolong sesama manusia. Dan kesimpulan maknanya adalah: bahwa orang yang memberikan pertolongan kepada orang lain, maka ia mendapatkan bagian kebaikan, dan barang siapa tolong menolong dalam kebatilan maka ia mendapatkan bagian dosa."

Syafaat hasanah yang disebutkan dalam ayat di atas adalah pertolongan dalam kebaikan, melindungi hak sesama muslim, menghindarkan dari keburukan atau mendapatkan kebaikan, mencari ridha Allah, tidak ada risywah/suap. Pada masalah yang mubah/boleh/tidak terlarang, tidak untuk menggagalkan salah satu had/hukum pidana yang telah Allah tetapkan, tidak pula untuk menghilangkan hak orang lain.

Iyadh berkata: "Tidak ada pengecualian dari ruang pertolongan yang dianjurkan kecuali dalam masalah had/pidana yang telah Allah tetapkan. Maka dalam masalah yang tidak ada ketentuan had terutama bagi orang yang tidak sengaja, dan dikenal sebagai orang bersih, pertolongan sangat dianjurkan."
Selanjutnya ia mengatakan: "Adapun bagi orang yang terbiasa dengan tindakan destruktif, terkenal sebagai ahlul bathil maka tidak berlaku syafaat bagi mereka, agar dapat menjadi pencegah kemaksiatannya."

Ungkapan Iyadh ini didukung oleh riwayat Al Bukhari dan Muslim dalam kitab shahihnya dari Aisyah ra.:
"Bahwa suku Quraisy disibukkan oleh seorang wanita dari Bani Mahzum yang mencuri pada masa Rasulullah saw. Lalu mereka mencari siapa yang bisa berbicara dengan Rasulullah saw. Maka Usamah menyampaikan hal ini kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw bersabda: "Apakah kamu hendak memberi pertolongan dalam hukum pidana Allah?" Kemudian Rasulullah berdiri dan berkhutbah: "...Sesungguhnya hancurnya umat sebelum kalian adalah bahwa mereka itu jika ada orang mulia yang mencuri mereka biarkan, dan jika ada orang lemah yang mencuri mereka tegakkan hukum pidana. Demi Allah, jika Fatimah binti Muhammad mencuri maka akan aku potong tangannya."

Dan Allah berlakukan lewat lisan Nabi-Nya apa yang dikehendaki, dalam meluluskan hajat atau tidak meluluskannya, adalah dengan takdir Allah.

Dari hadits ini dapat diambil pelajaran:
1. Keutamaan tolong menolong antara sesama mukmin, saling menguatkan satu dengan yang lain dengan pertolongan pada hal-hal yang berguna dan bermanfaat.
2. Anjuran kepada kebaikan dengan dikerjakan langsung, atau memfasilitasinya.
3. Syafaat kepada pembesar untuk menghilangkan kesulitan dan membantu yang lemah. Sebab tidak semua orang dapat berkomunikasi dengannya, dan mampu mendesaknya, atau menjelaskan keinginannya, agar dapat menjadi pertimbangan pembesar. Rasulullah saw pernah ada orang yang meminta syafaat –padahal Rasulullah tidak pernah menolak seorangpun- dalam memenuhi hajatnya.

Adapun bentuk-bentuk manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain bisa berupa :

1. Ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum/dunia;
Manusia bisa memberikan kemanfaatan kepada orang lain dengan ilmu yang dimilikinya. Baik itu ilmu agama maupun ilmu umum.
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)
Menyampaikan ilmu Islam yang bermanfaat itu sama dengan mengajak saudara kita bersama-sama menuju Syurga_Nya.

2. Materi (Harta/Kekayaan)
Manusia juga bisa memberikan manfaat kepada sesamanya dengan harta/kekayaan yang ia punya. Bentuknya bisa bermacam-macam. Secara umum mengeluarkan harta di jalan Allah itu disebut infaq. Infaq yang wajib adalah zakat. Dan yang sunnah biasa disebut shodaqah. Memberikan kemanfaatan harta juga bisa dengan pemberian hadiah kepada orang lain.

3. Tenaga/Keahlian
Bentuk kemanfaatan berikutnya adalah tenaga. Manusia bisa memberikan kemanfaatan kepada orang lain dengan tenaga yang ia miliki. Bahkan dalam menegakkan kalimat Allah tenaga/keahlian menjadi komponen yang sangat penting. Sejarah telah membuktikan bahwa islam banyak dibangun oleh Pemuda ummat Islam yang sholeh, yang memiliki tenaga besar dalam membangun dakwah.


4. Perlakuaan yang baik. Terkadang manusia tidak membutuhkan materi namun hanya membutuhkan perhatian, yaitu ajakan kepada kebaikan, ajakan menghindari kemaksiatan, masukan dari solusi masalah mereka. Ini sering manfaatnya lebih besar daripada materi.

Maka mulai saat ini, pikirkanlah, apa manfaat yang bisa kita lakukan di dalam kehidupan kita yang bisa kita berikan kepada orang lain, karena Allah menciptakan kita bukan untuk hal yang penuh dengan kesia-siaan. Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar